Sukses

Surplus Perdagangan RI Diprediksi Turun di September

Kinerja neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatat surplus di September 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih akan mencatat surplus di September 2015. Ramalannya, surplus perdagangan di bulan kesembilan ini lebih rendah dibanding realisasi US$ 433,8 juta pada Agustus lalu.

Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Hendranata memproyeksikan, kinerja perdagangan ekspor Indonesia masih melemah 16 persen dan impor terkontraksi 19,8 persen secara tahunan (year on year).

"Neraca perdagangan September ini diperkirakan mencapai US$ 371 juta," ucap dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Prediksi penurunan neraca perdagangan pada bulan kesembilan ini, kata Anton, disebabkan meningkatnya kebutuhan impor barang modal untuk pembangunan infrastruktur. Sementara kinerja ekspor masih lesu meskipun terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).  

Seperti diketahui, realisasi belanja modal hingga 31 Agustus 2015 telah mencapai Rp 56,9 triliun, atau 22,5 persen dari pagu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015.

Dari data terkini, per 16 September 2015 belanja modal sudah terealisasi sebesar 26,67 persen dari pagu APBN-P 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015 mengalami surplus sebesar US$ 433,8 juta. Secara total surplus neraca perdagangan sepanjang Januari-Agustus 2015 mencapai US$ 6,22 miliar.  

"Neraca perdagangan Agustus ini US$ 433,8 juta dan surplus sepanjang periode delapan bulan 2015 US$ 6,22 miliar," ucap Kepala BPS, Suryamin.

Kata dia, ekspor dan impor minyak dan gas (migas) mengalami defisit US$ 577,2 juta karena minyak mentah masih defisit US$ 15,9 juta dan hasil minyak defisit US$ 1,15 miliar. Sementara ekspor impor gas surplus US$ 585 juta dan non migas surplus US$ 1,01 miliar.

"Neraca perdagangan Januari-Agustus ini mengalami surplus cukup bagus, karena sejak Agustus 2012, 2013 dan 2014 defisit. Untuk surplus US$ 6,22 miliar ini yang tertinggi," terang Suryamin. (Fik/Ndw)

Video Terkini