Liputan6.com, Jakarta - PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) menyatakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) menjadi andalan ketika pembangkit bahan bakar jenis lain sedang bermasalah.
Supervisor Senior Manajemen Mutu Risiko dan Kepatuhan PJB Unit Pembangkitan Cirata Iwan Ridwan mengatakan, salah satu penopang listrik Jawa Bali adalah PLTA Cirata berkapasita 1.008 megawatt (MW).
"Kalau sistem Jawa Bali butuh 23.000 MW energi pembangkitnya dari bahan dasar gas bumi, batu bara, air dan lain-lain," kata Iwan di Kantor PJB Unit Pembangkitan Cirata, Purwakarta, Kamis (15/10/2015).
Menurut Iwan, PLTA Cirata beroperasi saat kebutuhan listrik wilayah Jawa Bali mengalami peningkatan beban puncak. Selain itu, PLTA tersebut juga menjadi andalan saat pembangkit lain mengalami masalah.
"PLTA ketika beban puncak berlebihan kita beroperasi atau pembangkit lain bermasalah kita beroperasi," tuturnya.
PLTA Cirata merupakan terbesar di Asia Tenggara dengan bangunan power house empat lantai, PLTA Cirata memanfaatkan aliran sungai Citarum yang dibendung dalam waduk seluas 6.200 hektare (ha).
PLTA yang diresmikan mantan Presiden Soeharto pada 1986 dan dibangun oleh kontraktor Jepang tersebut memiliki delapan unit generator, di mana tiap unit menghasilkan listrik 126 MW.
Menurut Iwan, pembangkit yang terletak di Desa Cadas Sari Kecamatan Tegal Waru, Plered tersebut memiliki ketahanan gempa hingga 9,5 skala richter.
"Kekuatan bangunan itu untuk dirancang sampai 250 tahun. Ketahanan gempa besar juga," pungkasnya. (Pew/Ndw)
Terbesar di ASEAN, PLTA Ini Jadi Penyelamat Listrik Jawa Bali
PLTA ini menjadi andalan saat pembangkit lain tengah bermasalah.
Advertisement