Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober menunjukkan penguatan. Ini menjadi tren positif dalam meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengungkapkan, penguatan rupiah di awal Oktober tidak hanya dengan mata uang AS, melainkan ke beberapa mata uang negara-negara besar di dunia.
"Terhadap dolar Australia, euro, dan yen, rupiah juga mengalami penguatan, karena memang empat mata uang ini yang paling dominan di perdagangan Indonesia dan di dunia," kata Suryamin di kantornya, Kamis (15/10/2015).
Advertisement
Dalam catatannya, rupiah menguat 4,64 persen dengan dolar AS. Sementara untuk dolar Australia, rupiah menguat sebesar 2,63 persen.
Sementara terhadap euro penguatan rupiah sebesar 4,3 persen dan kepada yen, penguatan rupiah mencapai 4,75 persen.
Namun begitu, Suryamin menjelaskan, penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini belum langsung mempengaruhi daya beli masyarakat. Untuk melihat dampak penguatan ini, Suryamin menuturkan membutuhkan waktu paling cepat 3 bulan ke depan.
"Memang kalau dalam ekspor impor tidak langsung serta-merta, karena ada perjanjian kontrak, biasanya tahunan, kalau terjadi perubahan, kita tunggu, setelah 1 triwulan pasti ada," papar Suryamin.
Jika dilihat pada laporan September 2015, nilai tukar eceran rupiah melemah terhadap empat mata uang dominan di dunia tersebut. Dalam satu bulan, rupiah terdepresiasi 4,02 persen terhadap dolar AS; 2 persen terhadap dolar Australia; 4,13 persen terhadap Yen Jepang; dan 2,16 persen terhadap Euro. (Yas/Ahm)*