Liputan6.com, Jakarta - Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan kapasitas produksi mengalami penurunan mulai tahun lalu. Hal ini disebabkan alat berat impor yang terus masuk ke dalam negeri.
"Hinabi memiliki kapasitas produksi 10 ribu per tahun, dan sekarang hanya terpakai 40 persen-50 persen, sehingga efeknya adalah ke industri pendukung. Di mana kita pun telah mengurangi karyawan lebih kurang 4 ribu. Ini dampak negatifnya," kata Jamaluddin, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Baca Juga
"‎Bagaimana lebih mengutilisasi industri dalam negeri, di mana ada peraturan, atau ditinjau aturan yang ada mengenai impor alat berat," tambah dia.
Advertisement
Selama ini, alat berat di Indonesia digunakan untuk sektor tambang mencapai 70 persen.‎ Untuk alat yang mampu diproduksi sendiri berupa eskavator dan buldoser.
Jamaluddin mengatakan, produksi Hinabi ‎20 persen mampu diekspor ke negara-negara lain, termasuk negara di luar Asean. Ia juga meminta agar regulasi impor alat berat agar direvisi kembali, supaya tidak mematikan industri lokal.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menjamin agar industri lokal tetap tumbuh. Ia juga setuju regulasi impor tersebut perlu ditinjau kembali."Kita akan berkoordinasi lagi supaya industri alat berat bisa tetap tumbuh," tegas Saleh. (Silvanus A/Ahm)