Liputan6.com, Jakarta - Final Piala Presiden antara Persib Bandung vs Sriwijaya FC yang bakal digelar nanti malam (18/10/2015) sebelumnya sudah diwarnai bentrok suporter. Mobil atau bus yang membawa bobotoh sapaan pendukung Persib Bandung dilempari dan dirusak para Jakmania. Peristiwa ini sangat merugikan pengusaha bus di Bandung.
‎Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengungkapkan, para suporter Persib dan Persija sudah sejak lama menjadi musuh bebuyutan.
Mereka saling melakukan alas dendam di kandangnya, seperti aksi Jakmania jelang laga final Piala Presiden. Jakmania tak segan-segan menyerang bus bobotoh hingga rusak parah saat memasuki Jakarta.
"Walaupun tidak ada kaitannya dengan Organda Jakarta, tapi pengusaha bus sudah mengantisipasinya. Saya mendapat laporan, pengusaha bus di Bandung membatalkan ratusan kontrak carter bus dari suporter asal Bandung," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (18/10/2015).
Shafruhan mengatakan, alasan para pengusaha bus di Bandung memilih membatalkan kontrak carter bus karena takut atau khawatir armada mereka hancur terkena serangan Jakmania. Pasalnya, dia bilang, sudah ada 6 sampai 10 unit bus dari Bandung yang rusak parah akibat aksi brutal pendukung Persija itu.
"Banyak yang tidak mau nyarterin busnya daripada hancur. Tadinya memang sudah oke carter, tapi begitu mendengar ada 6 sampai 10 bus rusak, mereka membatalkan semuanya. Nah imbasnya massa yang brutal ini memberhentikan bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP)," jelasnya.
Diakui dia, pengusaha bus berhak membatalkan kontrak karena punya alasan kuat untuk itu, yakni karena situasi dan sudah ada bukti bahwa bus-bus yang disewa bobotoh dan viking rusak parah karena ulah Jakmania. Sebab, kerugian akibat kejadian tersebut murni ditanggung pengusaha bus.
"Kerugiannya memang belum kita itung, tapi ada ratusan juta rupiah karena itu bodi bus, kaca, dan lainnya rusak berat walaupun belum sampai dibakar. Jadi pengusaha perlu memperbaiki total bus itu pakai anggaran sendiri. Pengusaha yang nanggung, karena asuransi pun mana mau nanggung," tutur Shafruhan.
Dia meminta agar seluruh aparat kepolisian dan keamanan dapat menindaktegas tindakan anarkis dari para suporter bola mengingat kejadian ini‎ akan berlangsung terus menerus.
"Jadi mesti ditertibkan, tidak bisa begini terus, wong mobil dinas polisi saja ikut jadi korban," harapnya. (Fik/Ndw)
Advertisement