Sukses

Indonesia Masih Menarik bagi Investor Jepang

Selama lima tahun terakhir, tercatat 164 perusahaan atau 200 pabrik yang berasal dari Prefektur Aichi, Jepang, beroperasi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi masih menjadi magnet bagi investor Jepang. Keputusan pemerintah terkait pembangunan kereta cepat oleh investor China tidak membuat investor Jepang menarik diri. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, dua Gubernur Prefektur di Jepang melakukan misi investasi dan menyampaikan apresiasinya terhadap layanan investasi di Indonesia.

Kepala BKPM Franky Sibarani kemarin telah menerima kunjungan Gubernur Prefektur Aichi Hideakhi Ohmura. Sebelumnya, Gubernur Prefektur Okoyama Ryuta Ibaragi juga mengunjungi BKPM dan kementerian terkait di Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Okoyama juga menyampaikan minat perusahaan-perusahaan industri komponen asal Prefektur Okayama untuk melakukan ekspansi ke Indonesia.

Franky menyampaikan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh dua Gubernur Prefektur tersebut memiliki arti strategis karena menunjukkan bahwa dari sisi investasi, Jepang masih menunjukkan minat yang tinggi.

“Kunjungan ini penting karena menunjukkan bahwa minat investor Jepang untuk berinvestasi tetap tinggi,” ujarnya dalam keterangan resminya, Selasa (20/10/2015).

Dalam pertemuan dengan Gubernur Aichi, Franky menyampaikan proses perbaikan terkait kebijakan layanan investasi di Indonesia antara lain, pelayanan izin investasi 3 jam dan kebijakan pengupahan buruh yang lebih pasti.

Ia juga menyampaikan beberapa layanan yang dapat dimanfaatkan oleh investor Jepang di antaranya Japan Desk yang ada di BKPM, serta tim marketing officer yang ditugaskan khusus untuk memfasilitasi dan membantu para investor Jepang yang akan berinvestasi di Indonesia.

Sementara itu, Gubernur Prefektur Aichi, Hideakhi Ohmura menyampaikan minat investasi perusahaan-perusahaan yang ada di wilayahnya untuk melakukan ekspansi ke Indonesia. Selama lima tahun terakhir, tercatat 164 perusahaan (200 pabrik) berasal dari Prefektur Aichi yang beroperasi di Indonesia.

“Jumlah tersebut berarti dua kali lipat dari kondisi lima tahun yang lalu. Contohnya adalah perusahaan Toyota yang sudah melakukan beberapa kali perluasan, dan saat ini sedang membangun industri mesin otomotif di Jawa Barat yang ditargetkan untuk beroperasi pada 2016,” tambah Ohmura.

Gubernur Ohmura menyampaikan bahwa selain Toyota, perusahaan lain asal Prefektur Aichi yang akan mengerjakan proyek MRT. Perusahaan tersebut akan menyediakan 96 kereta bawah tanah bekerja sama dengan perusahaan lokal.

“Akan ada perusahaan manufaktur lain yang akan masuk, mohon bantuannya agar BKPM dapat membantu dan melakukan penyederhaan izin,” jelasnya.

Ohmura menambahkan bahwa masuknya perusahaan dari Prefektur Aichi tersebut dapat meningkatkan investasi karena pihaknya terus mendukung pertukaran informasi antara kedua belah pihak. Turut mendampingi delegasi Gubernur Prefektur Aichi tersebut adalah perwakilan dari Toyota, perwakilan dari Nagoya Chamber of Commerce sekaligus perusahaan Chubu Electric Power Inc dan perwakilan dari Toho Gas.

Dari data BKPM periode 22 Oktober 2015 hingga 9 Oktober 2015, tercatat minat dan komitmen investasi Jepang mencapai US$ 22,6 miliar. Dari jumlah tersebut, yang sudah memiliki izin prinsip mencapai US$ 10,1 miliar dengan jumlah proyek mencapai 8 proyek. Sementara minat yang dikategorikan serius nilainya mencapai US$ 3,06 miliar dari 19 proyek yang diharapkan dapat segera direalisasikan menjadi izin prinsip‎. (Yas/Gdn)*

Video Terkini