Sukses

Negara Asia Pasifik Harus Kembangkan Energi Baru Terbarukan

Wilayah Asia Pasifik, termasuk Timur Tengah, memegang tingkat produksi 8,3 juta barel minyak per hari.

Liputan6.com, Nusa Dua - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengingatkan kepada negara-negara di Asia Pasific agar mengembangkan energi baru terbarukan, meski negara-negara tersebut memiliki cadangan minyak dan gas yang cukup besar.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengatakan, Asia Pasifik merupakan wilayah yang cukup unik karena terdapat produsen dan konsumen migas di wilayah yang sama.

Menurut BP Statistical Review of World Energy 2015, wilayah Asia Pasifik, termasuk Timur Tengah, memegang tingkat produksi 8,3 juta barel minyak per hari atau 9,4 persen dari produksi minyak global dan 42,7 miliar barel cadangan minyak atau 2,5 persen dari cadangan minyak dunia.

"Dan mengkonsumsi 30,8 juta barel minyak per hari atau 34 persen dari konsumsi minyak global," kata Amien, saat membuka, 2015 Asia Pacific Conference Oil & Gas and Exhibition (APOGCE), di Nusa Dua Bali, Selasa (20/10/2015).

Untuk gas, produksinya mencapai 51,4 miliar kaki kubik per hari atau 15,3 persen dari produksi gas global, sedangkan cadangannya mencapai 540 triliun kaki kubik atau 8,2 persen dari cadangan gas global, dan konsumsinya 66 miliar kaki kubik per hari dari konsumsi atau 20 perseb dari konsumsi gas global.

Menurut Amien, meski masih memiliki cadangan cukup. Seharusnya negara yang menjadi konsumen energi harus mengembangkan energi terbarukan, agar ketergantungan terhadap energi fosil dapat berkurang, sehingga bisa cukup untuk masa depan.

"Di sisi konsumsi, wilayah ini harus efisien. Memperkenalkan energi baru terbarukan untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil akan menjadi tren masa depan," tuturnya.

Amien menambahkan, untuk negara produsen migas harus lebih giat lagi mencari sumber baru, sehingga produksi energi fosil mengalami keberlanjutan. "Harus melakukan upaya terbaik untuk menemukan dan mengambil sumber daya baru yang potensial," tutupnya. (Pew/Gdn)

Video Terkini