Sukses

Faktor Eksternal Kembali Tekan Rupiah ke 13.695 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah kembali tertekan karena rendahnya harga komoditi di tengah mencuatnya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan rupiah masih disebabkan faktor dari luar yaitu rendahnya harga komoditi di tengah mencuatnya ketidakpastian kenaikan suku bunga AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (21/10/2015), nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.695 per dolar AS pada pukul 10.51 WIB. Rupiah dibuka melemah di level 13.721 per dolar AS dibandingkan penutupan pada Selasa yang ada di angka 13.517 per dolar AS. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.682 per dolar AS hingga 13.726 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah 62 poin menjadi 13.696 per dolar AS pada Rabu, jika dibanding dengan perdagangan sehari sebelumnya atau pada Selasa kemarin yang ada di level 13.634 per dolar AS.

"Melemahnya rupiah lebih karena faktor eksternal, seperti rendahnya harga minyak dan komoditi. Kita masih ketergantungan terhadap komoditas, sehingga efeknya bagi ekonomi sangat besar,"  terang Ekonom PT Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova saat dihubungi Liputan6.com.

Indonesia merupakan negara pengekspor komoditas yang cukup besar. Dengan masih rendahnya harga komoditas tersebut membuat ekspor nasional juga turun sehingga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi China juga membuat permintaan akan komoditas turun. 

Rully juga mengatakan bahwa paket kebijakan yang dilakukan pemerintah, akan mulai terasa dampaknya dalam jangka panjang. Selain itu, rully juga melihat kembali mencuatnya sentimen ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS.

"Rilis rencana kenikan suku bunga menjadi faktor ketidakpastian bagi nilai tukar. Sebelumnya akan akhir tahun kata Lockhart (pimpinan the Fed bagian Atlanta). Sinyalnya tidak jelas, ada ketidakpastian atas kenaikan suku bunga AS" papar Rully.

Namun memang, pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak sendiri. Beberapa negara lain di Asia juga mengalami pelemahan juga. (Ilh/Gdn)