Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar bukanlah patokan baik buruknya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Rupiah juga menuitutnya tak bisa menjadi indikator kesejahteraan rakyat.
"Sering kita merasa baik buruknya ekonomi kita di rupiah atau juga kita melihat indikatornya indeks saham. Itu sebagian kecil ya, tetapi kemarin contohnya, rupiah Rp 14.700 terus turun Rp 13 ribuan karena harapan terhadap ekspor menguat," ujarnya di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Kamis (22/10/2015).‬
JK mengungkapkan, patokan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yaitu ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri. Karena dengan lapangan kerja yang cukup, maka masyarakat bisa bekerja dan punya penghasilan agar bisa hidup sejahtera.
‪
"Jadi ukuran pasti suatu ekonomi bukan fulus (rupiah), bukan indeks saham, tapi lapangan kerja. Karena tujuan kita ingin berikan kesejahteraan. Orang yang sejahtera adalah dengan bekerja," lanjutnya.
Advertisement
Menurutnya, menciptakan lapangan kerja justru lebih sulit dibandingkan dengan mengubah posisi rupiah terhadap dolar AS. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya mendorong masuknya investasi agar ada lapangan kerja yang lebih luas.
‪"Kalau nganggur pasti ada masalah ekonomi. Rupiah bisa diobok-obok apalagi indeks saham. Dikasih berita baik, naik dia, berita jelek, turun dia. Tidak ada riilnya," tandasnya. (Deny/Zul)