Liputan6.com, New York - Harga minyak tak mampu bangkit pada penutupan perdagangan kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) karena kekhawatiran dari pelaku pasar akan tingginya persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) dan produksi minyak di dunia yang terus membayangi.
Mengutip Reuters, Jumat (23/10/2015), harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), hanya mampu naik US$ 0,29 per barel atau 0,64 persen ke level US$ 45,49 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent yang merupakan patokan harga dunia, hanya menguat US$ 0,27 per barel atau 0,56 persen ke level US$ 48,12 per barel.
"Stok minyak yang masih tinggi menjadi beban tersendiri bagi harga minyak saat ini," jelas Broker Komoditas Powerhouse, Dave Thompson. Meskipun perekonomian di AS sudah mulai beranjak namun persediaan minyak di AS masih berada di angka yang tinggi.Â
Konsultan energi Caprock Risk Management, Chris Jarvis juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dave. Menurutnya, dalam empat pekan terakhir persediaan minyak mentah di AS telah bertambah 22 juta barel.Â
"Secara fundamental sangat berat bagi harga minyak untuk bisa beranjak naik dalam waktu dekat ini," tuturnya.
Ia melanjutkan, bertahannya harga minyak di level rendah juga diakibatkan oleh tak mampunya organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) untuk mengontrol produksi.
Dalam pertemuan yang dilakukan oleh OPEC pada Rabu lalu tidak menghasilkan kesimpulan yang berarti bagi harga minyak. Negara-negara pengekspor minyak masih akan berproduksi seperti saat ini. (Gdn/Ahm)
Kekhawatiran Akan Pasokan Berlebih Terus Bayangi Harga Minyak
Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), hanya mampu naik US$ 0,29 per barel.
Advertisement