Liputan6.com, Singapura - Harga emas bergerak naik dari level terendah dalam pekan ini pada perdagangan Jumat (23/10/2015). Meski demikian, sentimen negatif bayangi harga emas terutama soal kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Â
Di pasar spot, harga emas naik 0,3 persen menjadi US$ 1.168,59 per ons pada perdagangan siang ini. Harga emas sempat melemah ke level US$ 1.162,50 pada sesi sebelumnya dari level terendah sejak 13 Oktober.
Â
Pada pekan ini, harga logam turun 0,7 persen, sedangkan harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) turun 1,2 persen selama sepekan. Penurunan harga emas ini dipengaruhi oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat terhadap sejumlah mata uang utama termasuk euro.
Â
Mata uang euro merosot seiring bank sentral Eropa memberikan sinyal akan meluncurkan stimulus pada Desember. Penguatan dolar AS juga ditopang dari data tenaga kerja dan perumahan AS menguat sehingga memukul emas.
Â
"Ada harapan The Federal Reserve menaikkan suku bunga pada tahun berikutnya, tetapi dalam beberapa hari terakhir kita melihat sejumlah data ekonomi kuat dari AS. Kita tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan kenaikan suku bunga pada Desember," ujar pelaku pasar seperti dikutp dari laman Reuters, Jumat (23/10/2015).
Â
Sementara itu, berdasarkan riset www.fortisasiafutures.com, saat ini emas terpantau bergerak datar namun masih tetap bergulir di atas rata-rata pergerakan 20 dan 50 harian.
Â
"Harga emas masih akan cenderung bergerak datar. Stochastic masih berada di area beli. Resistance dan support berada di harga US$ 1.172,20-US$ 1.152," tulis riset tersebut.
Â
Perdagangan emas relatif datar pada Kamis kemarin meski dolar AS melonjak. Hal itu lantaran setelah Presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi mengguncang pasar global dengan petunjuk kalau bank sentral Eropa siap untuk menurunkan suku bunga dan memperluas lingkup program dari pelonggaran kuantatif.
Â
Langkah stimulus dapat membantu bank sentral Eropa menangkal risiko kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan di zona Euro. Bank sentral Eropa akan meluncurkan program pelonggaran sebesar 1,1 miliar euro pada Maret. Program ini jadi upaya meransang ekonomi zona Euro yang lesu. (Ahm/Igw)*