Sukses

Pabrik Tekstil Rp 190 Miliar di Cikarang Resmi Beroperasi

Pabrik yang terletak di Cikarang, Jawa Barat, ini memproduksi lembaran pelapis plafon kendaraan roda empat.

Liputan6.com, Cikarang - Menteri Perindustrian Saleh Husin meresmikan pabrik milik PT Dynic Textile Prestige yang merupakan investasi baru sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia. Pendirian pabrik ini menelan biaya sekitar US$ 14 juta atau sekitar 190,6 miliar.

Pabrik yang terletak di Cikarang, Jawa Barat, ini memproduksi lembaran pelapis plafon kendaraan roda empat dengan kapasitas produksi 150 gulungan per jam atau setara dengan 30 ribu meter per jam.

Dalam sambutannya, Saleh mengungkapkan Dynic Textile Prestige telah merealisasikan investasi pada sektor non-woven textile. Hal ini diharapkan menambah kedalaman struktur industri TPT nasional.

"Saya sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan Dynic Textile Prestige untuk berinvestasi di Indonesia pada sektor non-woven textile yang diaplikasikan untuk keperluan otomotif. Dengan demikian, Dynic Textile Prestige turut memperkuat struktur industri otomotif yang memberikan nilai tambah lebih besar di dalam negeri," ujarnya di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (28/10/2015).

Menurut Saleh, hal ini patut diberikan dukungan karena sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan advanced textile di dalam negeri.

"Kami berharap semakin banyak produsen TPT dalam negeri yang dapat melakukan diversifikasi pada produknya, sehingga industri TPT berbasis teknologi tinggi dapat berkembang dengan baik, utamanya mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan produk advanced textile, baik di pasar nasional maupun pasar global," ia menuturkan.

Menteri Perindustrian Saleh Husin saat Meresmikan Pabrik PT Dynic Textile Prestige (Foto: Septian Deny)

Saleh menjelaskan industri TPT sebagai salah satu sektor industri strategis secara kumulatif mampu memberikan kontribusi sebesar 1,22 persen terhadap perekonomian nasional serta berperan terhadap perolehan devisa ekspor nonmigas sebesar US$ 12,74 juta.

"Dan dengan statusnya sebagai salah satu industri padat karya utama, industri TPT juga berperan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,6 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur," katanya.

Saleh mengungkapkan meski secara global terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, investasi industri TPT cenderung naik setiap tahun. Pada 2015 sampai dengan kuartal II, investasi di sektor TPT telah mencapai Rp 3.947,5 miliar baik di sektor PMA maupun PMDN.

"Upaya-upaya peningkatan investasi dan daya saing industri TPT perlu secara berkesinambungan dilaksanakan mengingat peranan dan pangsa pasar industri TPT dalam negeri di dunia baru mencapai 1,8 persen. Hal tersebut penting untuk mempertahankan kinerja baik industri TPT sebagai salah satu komponen penting perekonomian nasional yang telah memiliki struktur dari hulu ke hilir dengan diversifikasi produk yang beragam," ujarnya.

Dalam mendorong pertumbuhan industri, kata Saleh, pemerintah telah mengeluarkan langkah-langkah konkret dan strategis melalui paket kebijakan ekonomi, di antaranya terkait dengan peningkatan daya saing industri, deregulasi perizinan, solusi permasalahan energi, hingga penyelesaian dinamika permasalahan ketenagakerjaan.

"Implementasi paket kebijakan ekonomi tersebut secara konsisten diharapkan dapat memberikan angin segar bagi dunia industri untuk terus meningkatkan daya saing dan investasi," katanya. (Dny/Zul)**

Â