Sukses

BPJS Kesehatan Tak Tertandingi, Segala Penyakit Ditanggung

Perusahaan asuransi komersial perlu memutar otak menghadapi era program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asuransi komersial perlu memutar otak menghadapi era program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), termasuk PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth). Pasalnya kewajiban seluruh masyarakat memperoleh jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan semakin menguatkan posisi Lembaga tersebut.   

Direktur Operasional Mandiri Inhealth, Wahyu Handoko mengakui, perusahaan ingin mengubah tantangan menjadi peluang melalui strategi andalan penerapan mekanisme koordinasi manfaat atau Coordination of Benefit (COB).

Dengan mekanisme COB, korporasi dapat mengurangi dampak pembayaran ganda (double payment) atas pertanggungan karyawan karena sebagian klaim dapat ditanggung dalam skim JKN. Skim managed care ini merupakan bisnis inti sejak awal pendirian Mandiri Inhealth pada 2008.

"Kami melihat ruang yang ada di dalam JKN, yakni dengan memberikan kecepatan dan kenyamanan lain. Sebab tidak ada asuransi yang bisa melawan BPJS Kesehatan, wong dari ujung kepala sampai ujung kaki, penyakit panas, kadas, kurap sampai ganti organ ditanggung," paparnya saat Konferensi Pers di Plaza Bapindo, Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Wahyu menyebut, fasilitas managed care atau COB menyasar target pasar institusi yang mempunyai kemampuan lebih untuk alokasi anggaran kesehatan karyawannya. Sebagai contoh, perusahaan yang selama ini mengalokasikan anggaran kesehatan 10 persen, sementara kewajiban BPJS Kesehatan 6 persen dan sisanya 4 persen dikelola asuransi komersial.

"Dana 4 persen inilah yang kami mau garap. Karena BPJS memang bagus, tapi hanya saja namanya standar, tentu pekerjaan rumahnya kenyamanan dan kecepatan. Kalau antre ke puskesmas, dokter keluarga kan perlu waktu dan produktivitas terganggu, jadi kami bisa memberikan alternatif lebih eksklusif," jelas Wahyu.      

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Mandiri Inhealth, Iwan Pasila menambahkan, sebagai badan usaha, perusahaan dapat menyaring para peserta asuransi sesuai target pasar. Sementara BPJS Kesehatan wajib men-cover kesehatan seluruh masyarakat Indonesia, sehingga sulit mengontrol peserta.

"Ini sangat dipengaruhi peserta yang mendaftar karena faktanya orang sudah sakit, lalu mendaftar, kemudian sudah klaim, dan akhirnya tidak bayar iuran lagi. Ini penyebab loss ratio di BPJS sangat tinggi (defisit)," tuturnya.

Kata Iwan, transformasi BPJS Kesehatan merupakan pembelajaran bagi perusahaan asuransi komersial lain untuk mencari keseimbangan atau peluang bisnis baru melalui skim JKN. Mandiri Inhealth dengan basis kepesertaan 900 institusi atau 70 ribu peserta lebih mudah mengurusnya ketimbang BPJS Kesehatan yang sudah mencapai 152 juta peserta.

"Pasti tidak mudah bagi BPJS Kesehatan mengelola atau menjamin kesehatan 152 juta peserta. Memang dia jauh lebih bagus daripada perusahaan asuransi yang ada karena kewajibannya, tapi kepuasan, kenyamanan dan kecepatan bisa kami tawarkan melebihi manfaat BPJS Kesehatan," tegas Iwan. (Fik/Ndw)

 
 
Video Terkini