Liputan6.com, Jakarta - Nilai ekpor Indonesia jika dibandingkan dengan impor (neraca perdagangan) dari Januari hingga September terus menunjukkan konsistensinya untuk mencatatkan angka surplus. Ini menjadi nilai positif bagi kinerja pemerintah Indonesia di mata investor dunia.
Namun demikian, sur‎plusnya neraca perdagangan ini masih belum diikuti neraca transaksi berjalan. Bank Indonesia memperkirakan neraca transaksi berjalan (current account) Indonesia masih akan defisit.
"Namun, transaksi berjalan ada perbaikan karena kalau di 2 tahun terahir defisitnya 29 miliar dolar, kemudian tahun lalu 27 miliar dolar sekarang kita perkirakan defisit tapi 18 miliar dolar," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Jumat (30/10/2015).
Defisit US$ 18 milar tersebut setara dengan 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih baik dr tahun 2014 sebesar 3,1 persen dan 2013 mencapai 3,2 persen dari PDB.
 ‎Masih defisitnya neraca transaksi berjalan ini lebih disebabkan menurunya asing dalam pemberlian Surat Utang Negara (SUN) pada tahun ini. Agus mengaku sampai saat ini total dana asing yang membeli SUN mencapai Rp 60 triliun, ini menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 120 triliun.
Agus mengungkapkan meski jumlahnya mengalami penurunan, namun angka Rp 60 triliun ini masih tergolong besar. Untuk itu berbagai ‎paket kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah diharapkan menjadi daya tarik investor asing.
‎"Ini menunjukan komitmen untuk melakukan reformasi struktural, semoga kedepan lebih baik lagi, khususnya kalau hari ini kita harapkan ada pesetujuan APBN 2016," tegas Agus. (Yas/Ndw)
BI Ramal Transaksi Berjalan Indonesia Defisit US$ 18 Miliar
Bank Indonesia memperkirakan neraca transaksi berjalan Indonesia masih akan defisit hingga akhir tahun.
Â
Advertisement