Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia menyatakan, beberapa poin di asumsi makro pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 kurang tepat.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryani SF Motik mencontohkan, untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipatok 13.900 per dolar AS. Menurutnya, hal tersebut menunjukan ketidakoptimisan pemerintah.
"Tahun depan 13.250 per dolar AS masih mungkin karena bisa 13.600 per dolar AS. Lalu kenapa harus dinaikkan menjadi 13.900 per dolar AS?Saya pikir pemerintah tidak percaya diri dengan asumsi rupiah,"kata dia di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).
Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi yang dipatok hanya pada angka 5,3 persen. Hal tersebut masih relatif kecil. Tak jauh berbeda, angka inflasi ditetapkan di angka 4,7 persen. Menurut Suryani angka tersebut dianggap terlalu tinggi. Suryani mengatakan seharusnya angka inflasi bisa ditekan lebih rendah lagi.
Dia menerangkan, inflasi tertinggi saat ini disetor oleh sektor pangan. Padahal, jika dilihat dari struktur anggaran di bidang agrikultur tidak mencerminkan angka inflasi tersebut. Oleh karena itu, Suryani mengatakan untuk mengeram inflasi pemerintah bisa menyiapkan kantong-kantong wilayah pangan.
Baca Juga
"Dikaitkan dengan itu, kalau dilihat top budget 10 kementerian sayangnya di agrikultur paling rendah jadi tidak merefleksikan. Pemerintah bisa siapkan kantong-kantong untuk misalnya mau swasembada pangan. Tapi tidak tercermin di agrikultur," tandasnya.
Untuk diketahui, pemerintah dan DPR menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka 5,3 persen pada 2016, sedangkan untuk inflasi 4,7 persen dan nilai tukar rupiah 13.900 per dolar AS. Selain itu, suku bunga SPN 3 bulan berada di level 5,5 persen.
“Kurs rupiah pembahasannya panjang. Ruangan ini keputusan politik, tidak semata-mata keputusan ekonomi. Gubernur BI diharapkan me-manage supaya arahnya ke bawah,” ujar Ketua Komisi XI, Fadel Muhammad.
Sedangkan target pembangunan, kata Fadel diketok tingkat pengangguran di kisaran 5,2 persen hingga 5,5 persen, tingkat kemiskinan 9,0 persen hingga 10,0 persen dan gini rasio (indeks) 0,39 persen serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 70,10.
“Ini merupakan kesimpulan paling pokok dalam asumsi RAPBN 2016,” terang dia. (Amd/Gdn)