Sukses

Kabut Asap Juga Ganggu Aktivitas PLTU di Sumatera Barat

PLTU sangat sensitif dengan kabut asap sehingga produktivitasnya akan berkurang jika terkena kabut asap.

Liputan6.com, Padang - Pemadaman bergilir di Sumatera Barat (Sumbar) yang sudah berlangsung dalam tiga bulan terakhir, kemungkinan masih akan terus terjadi. Pasalnya, beberapa pembangkit Listrik di Sumatera barat masih dalam perawatan, bahkan seluruh Pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA) Agam mati total.

“Selain pasokan dari Sumbagtengsel (Sumatera bagian tengah dan selatan) berkurang akibat kekeringan dan perawatan pembangkit di daerah tersebut, beberapa pembangkit di daerah kami (Sumbar) juga mengalami pemeliharaan, bahkan itu di PLTA Batang Agam seluruhnya mati total,” ujar Deputi Manager Humas PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat, Ridwan, Sabtu (31/10/2015).

Terdapat sejumlah pembangkit listrik yang memberikan pasokan listrik Sumbar. Pembangkit tersebut antara lain, PLTA Batang Agam 3x3,5 MW, PLTA Maninjau 4x17 MW, PLTA Singkarak 4x43 MW, PLTU Ombilin 2x100 MW, PLTU Teluk Sirih 2x100 MW. “Kalau Agam memang mati total, dan di Teluk Sirih (PLTU Teluk Sirih) juga sedang bermasalah,” lanjut Ridwan.

Sayangnya, dari semua pembangkit listrik tersebut, dua PLTA selalu bermasalah dari pagi hingga sore. Sementara itu, untuk malamnya, hanya tiga pembangkit yang bisa beroperasi di setiap PLTA.

“Begitu pula, dengan empat PLTA Singkarak dan empat PLTA Maninjau bermasalah pada pagi hingga sore hari. Untuk PLTA Maninjau dan PLTA Singkarak, tiga dari empat unit yang ada akan beroperasi pada malam hari untuk membantu beban puncak,” lanjutnya.

Untuk dua PLTU lainya  yaitu PLTU Ombilin dan PLTU Teluk Sirih, Ridwan mengatakan, meski menjadi pemasok terbesar bagi kebutuhan listrik Sumbar. namun tidak bisa terlalu diharapkan.

Alasannya, PLTU Ombilin saat ini hanya mempunyai kemampuan daya sebesar 180 MW dan pembangkitnya masih dalam perawatan secara berkala. Sedangkan PLTU Teluk Sirih yang berkemampuan 2x100 MW, hanya bisa menghasilkan 100MW disebabkan salah satu pembangkitnya bermasalah.

Belum lagi kabut asap yang juga mempengaruhi produktivitas kedua PLTU yang ada. Menurut Ridwan, PLTU sangat sensitif dengan kabut asap. Sehingga kemampuannya (pembangkit listrik) berkurang dan bisa membuat produktifitasnya menurun sebanyak 30 persen.

“PLTU sensitif asap, kalau terdeteksi asap kemampuannya berkurang misal dari 100 MW menjadi 70 MW," tukas Ridwan.

Hal ini diperparah dengan berkurangnya debit air akibat musim kemarau yang berdampak terhadap PLTA. Serta paparan kabut asap yang mempengaruhi kinerja sejumlah PLTU. Ridwan juga menjelaskan, kebutuhan listrik di Sumbagtengsel, sangat tinggi. dalam catatannya, beban puncak tertinggi sistem Sumbagtengsel periode 23-29 Oktober 2015 lebih kurang 2.987 MW, sedangkan daya pasokhanya sebesar 2.743 MW. (Muslim/Gdn)