Liputan6.com, Badung - Indonesia saat ini masih tercatat sebagai negara pengekspor gas ke sejumlah negara. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) IGN Wiratmaja Puja menuturkan opsi ekspor terpaksa diambil karena kerbatasan infrastruktur gas.
"Kami sudah alokasikan gas untuk domestik tapi realisasinya tidak terserap karena terkendala infrastruktur sehingga gas itu terpaksa diekspor," tuturnya di acara Sarasehan Stakeholder Gas Bumi Nasional 2015 di Kuta, Bali, Senin (2/11/2015).
Baca Juga
Hal ini diamini Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah. Dia mencontohkan pada tahun ini, pemerintah mengalokasikan 64 kargo gas alam cair (LNG) untuk konsumen domestik, namun baru hanya terserap 39 kargo sehingga ada 25 kargo tidak terserap.
Advertisement
"Ini saja kami masih disalahkan tidak kasih gas ke domestik. Padahal bagi SKK migas dan perusahaan migas senang jika itu bisa disalurkan," papar dia.
Zikrullah menjelaskan, sejak 2012 pasokan gas untuk dalam negeri kini lebih besar ketimbang alokasi untuk ekspor. Saat ini porsi ekspor sekitar 45 persen, sedangkan domestik 55 persen.
"Kami siap meningkatkan pasokan gas, tapi bagaimana mau ditingkatkan, alokasi yang ada saja ditolak-tolak," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Zikrullah juga menyampaikan komitmennya untuk memasok gas untuk bahan bakar pembangkit litrik di proyek 35 ribu megawatt (MW).
"Untuk proyek 35 ribu MW, ada 13,5 gigawatt (GW) itu gas. Kargo-kargo LNG sudah disiapkan," ungkapnya. (Ndw/Zul)