Liputan6.com, Jakarta - Realisasi deflasi yang terjadi pada Oktober ini sebesar 0,08 persen bukan selalu kabar bagus bagi catatan kinerja makro ekonomi Indonesia.
Buktinya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan sisi berbeda dengan pencapaian deflasi tersebut, apalagi deflasi pernah terjadi di September lalu sebesar 0,05 persen.
"Untuk masyarakat bagus, suatu hal positif karena inflasi berpengaruh ke daya beli masyarakat. Dengan deflasi berarti menjadi lebih baik," tegas Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (2/11/2015).
Advertisement
Tapi di sisi lain, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menyampaikan, deflasi 0,08 persen menunjukkan permintaan barang dan jasa dari masyarakat masih melemah.
"Deflasi juga menjadi petunjuk bahwa ekonomi kita dari sisi permintaan secara makro masih agak melemah," terang Darmin.
Baca Juga
Terpisah, Direktur Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Stastistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo memperkirakan sulit bagi Indonesia mendulang deflasi lagi pada sisa waktu tahun ini (November-Desember 2015).
"Harga beras masih tinggi dan susah turun di periode tersebut. Itu dijaga saja supaya tidak terjadi kenaikan harga barang-barang cukup besar, sebab kita bisa deflasi karena ada upaya pemerintah lumayan banyak. Jika tidak, pasti di Oktober ini sudah terjadi inflasi 0,02 persen," jelas Sasmito. Â
Sasmito optimistis, inflasi di Tanah Air bisa mencapai target sasaran 3 persen-5 persen atau 4 plus minus 1 persen sampai akhir 2015 walaupun ada kenaikan tarif tol per 1 November 2015 dan dampak El Nino.
"Tarif tol dampaknya ke inflasi kecil, tidak signifikan mendongkrak inflasi. Kalau naiknya 100 persen, baru dampaknya kelihatan. Sementara El Nino minim efeknya, karena di November ini sudah mulai hujan di Jakarta dan di daerah lain sudah kelebuhan air. Mudah-mudahan hujan mengurangi kabut asap," tandas Sasmito. (Fik/Ahm)