Liputan6.com, Jakarta - Batam, salah satu kota terbesar di Kepulauan Riau dan letaknya strategis karena dikelilingi Selat Singapura dan Selat Malaka. Berada di jalur pelayaran internasional, Batam mempunyai daya tarik untuk menarik berbagai investasi modal asing masuk ke Indonesia. Sayang, potensi ini harus ternodai dengan aksi anarki buruh yang memicu kekhawatiran dari para investor.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Sumitomo Wiring System Batam Indonesia mengklaim, kondisi iklim investasi di Batam saat ini sudah sangat baik. Sehingga beberapa perusahaan asing maupun domestik melakukan ekspansi. Salah satunya Sumitomo Wiring System senilai US$ 5 juta dengan penyerapan tenaga kerja 1.500 orang.
"Dalam kunjungan ini, ada beberapa pengelola dari kawasan industri Batam bilang, kondisinya cukup baik. Di sana tidak ada permasalahan cukup berarti yang membuat industri di sini meninggalkan Batam. Justru malah banyak yang sedang ekspansi," tegasnya saat ditemui di Kawasan Industri Batamindo, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (4/11/2015).
Baca Juga
Realisasi ekspansi usaha ini, diakui Franky, karena adanya komitmen pemerintah yang terus memperbaiki permasalahan sistem perburuhan di Indonesia, seperti kasus tuntutan upah minimum dan keamanan bagi dunia usaha dalam melakukan aktivitas bisnisnya.
"Di luar situasi ekonomi yang sedang sulit saat ini, beberapa pengusaha memang punya kemampuan perluasan investasi. Dan tidak menutup kemungkinan, akan ada perpindahan industri dari berbagai negara lain ke Indonesia di tahun-tahun mendatang karena jaminan keamanan sudah kita berikan," jelas Franky.
Ia menyebut, realisasi investasi di Batam sepanjang Januari-September 2015 tercatat mengalami kenaikan hampir 100 persen. Franky pun optimistis, kegiatan penanaman modal di Batam terus menggeliat 2 sampai 5 tahun ke depan.
"Kita ingin Batam menjadi tujuan investasi yang menarik. Dengan peningkatan investasi ini menunjukkan bahwa Batam sangat kondusif dan investor percaya untuk menanamkan investasinya," terangnya.
Dalam kunjungannya ke Batam, Franky beserta Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Investasi BKPM Azhar Lubis juga menyempatkan berdiskusi dengan 21 perusahaan, 3 perwakilan asosiasi dan pengusaha serta perwakilan kawasan industri terkait iklim investasi di Indonesia, khususnya di Batam.
"Sebagian besar menyampaikan soal ketenagakerjaan dan 2 perusahaan menyatakan rencana perluasan usaha mereka. Keluhan banyak datang soal demo buruh, tapi kan kita sudah keluarkan aturan pengupahan, sehingga hal ini bisa dicegah," papar Mantan Ketua Umum GAPMMI itu.
Sekadar informasi, dalam periode Januari – September 2015 jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2014, realisasi investasi di Batam mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat untuk total PMA dan PMDN sebesar Rp 4,7 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 99,6 persen dari Rp 2,3 triliun.
Total realisasi investasi untuk sektor industri PMA dan PMDN di Batam sebesar Rp 2,63 triliun, yang merupakan 55,9 persen dari total realisasi investasi di Batam dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia untuk sektor industri sebesar 6.610 orang.
Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar) di Batam sepanjang Januari – September Tahun 2015 adalah Hongkong (US$ 0,10 miliar); Singapura (US$ 0,07 miliar); Jepang (US$ 0,05 miliar); Malaysia (US$ 0,01 miliar); dan Amerika Serikat (US$ 0,01 miliar). Berdasarkan data tersebut bahwa investasi yang berasal dari negara-negara Asia masih mendominasi investasi di Batam. (Fik/Gdn)