Sukses

Menperin Buka Festival Serat dan Warna Alam di NTT

Sampai dengan Juni 2015 sumbangan industri kreatif terhadap PDB telah mencapai 6,3 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin membuka Festival Serat dan Warna Alam Indonesia 'Swarna Fest 2015' di Pantai Nemberala, Kabupaten Rote Ndao, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Festival ini berlangsung selama dua hari yaitu pada 6-7 November 2015.

Dalam sambutannya, Saleh mengatakan bahwa pemerintah mengapresiasi peran pelaku industri kreatif karena berkontribusi pada perekonomian dan pertumbuhan industri nasional. Selain nilai ekonomi, para pelaku industri ini juga memperkuat citra produk Indonesia yang ramah lingkungan.

"Pelaku industri kreatif khususnya di bidang tenun dan batik punya stamina yang kuat sehingga konsistensi dalam memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan. Rekan-rekan juga penuh semangat melestarikan kekayaan adat dan kearifan lokal Indonesia melalui penggunaan serat dan warna alami," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (6/11/2015).


Kegiatan ini melibatkan lebih dari 500 orang yang berasal dari perajin tenun yang menggunakan serat dan warna alam serta IKM-IKM produk unggulan dari Kabupaten Rote Ndao, desainer, penggiat warna dan serat alam.

Saleh menjelaskan, pada 2014, peringkat Indeks Inovasi Global Indonesia menempati peringkat 87 dari 126 negara berdasarkan hasil survei Institute European d’Administration des Affairs (INSEAD), meningkat dari peringkat 99 pada 2012. Sedangkan, peringkat ekspor barang kreatif Indonesia tumbuh menjadi peringkat 25 pada 2014 dari peringkat 85 pada 2013.

Data statistik menunjukkan kontribusi industri kreatif terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2013 sebesar 6,9 persen, kemudian meningkat menjadi 7,6 persen pada 2014. Sedangkan pada tahun ini diperkirakan mencapai 8 persen hingga 9 persen.

Sampai dengan Juni 2015 sumbangan industri kreatif terhadap PDB telah mencapai 6,3 persen, atau mencapai Rp 104,73 triliun. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor kerajinan dengan laju pertumbuhan ekspor sebesar 11,81 persen. Kemudian, disusul oleh produk fesyen dengan pertumbuhan 7,12 persen, periklanan sebesar 6,02 persen, dan arsitektur 5,59 persen.

Saleh Husin optimistis, industri kreatif ini semakin berkembang seiring perlindungan pemerintah yang dilakukan melalui pendekatan indikator geografis. Akhir September lalu, enam kementerian juga telah menandatangai nota kesepahaman tentang perlindungan dan pengembangan potensi produk indikasi geografis.

Secara garis besar, indikasi geografis dipahami sebagai penggunaan nama lokasi di mana sebuah produk diproduksi atau terkait lokasi yang identik dengan produk. Contohnya, Tenun Ikat Rote, Kain Songket Palembang, Kue Lapis Talas Bogor, Batik Jogja, Kopi Arabika Kintamani Bali, Mebel Ukir Jepara dan lain-lain.

Pada pembukaan Swarna Fest, juga digelar menenun bersama-sama olh 304 penenun. Untuk itu, Museum Rekor Indonesia menyerahkan piagam rekor pada Kemenperin dengan kategori Menenun Serat dan Pewarna Alami dengan Peserta Terbanyak. 

Penyelengaraan acara ini merupakan kali ketiga. Sebelumnya, kegiatan serupa dilaksanakan di Bali dan Alor, NTT. (Dny/Gdn)