Sukses

Pertalite Bikin Konsumsi Premium di Yogyakarta Turun 11%

Saat ini, rata-rata konsumsi Pertalite mencapai 2,1 kilo liter per hari hingga 2,3 Kilo liter per hari.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kehadiran Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berimbas pada penurunan konsumsi BBM Premium. Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Jawa Tengah.

External Relation Pertamina Region Jawa Tengah dan DIY, Robert MV Dumatubun mengatakan, kehadiran Pertalite membuat warga memilih BBM jenis ini dibandingkan Premium.

"Di Yogya ada peralihan. Untuk konsumsi Premium over all di Jawa Tengah dan DIY turun sekitar 11 persen per harinya. Migrasi ke Pertaliteertalite," ujarnya Senin (9/11/2015).

Saat ini, rata-rata konsumsi Pertalite mencapai 2,1 kilo liter per hari hingga 2,3 Kilo liter per hari. Menurutnya, sebagian ebsar konsumen Pertalite adalah sepeda motor.

Sementara untuk mobil memang banyak beralih ke Pertalite saat pertama kali diperkenalkan. Namun kemudian pengguna mobil berpindah ke Pertamax karena harga BBM dengan kadar Oktan 92 tersebut berangsur turun.

"Pertalite itu share market per bulan oktober sudah 11 persen sampai 12 persen. Tapi itu pengaruh penurunan Pertamax turun sekitar 1 persen hingga 2 persen. Bisa dikatakan 10 persen konsumsi ke pertalite. Lalu pertamax beralih 1 persen hingga 2 persen turun ke Pertalite," ujarnya.



Robert mengatakan saat ini di wilayah Jawa Tengah dan DIY sudah ada kurang lebih 170 SPBU yang menyediakan Pertalite. Jumlah ini masih akan terus meningkat. Sementara target SPBU yang menyediakan pertalite tahun ini mencapai 150 SPBU.

"Waktu Yogya cuma tiga SPBU itu konsumsinya mencapai 2,1 kilo liter. Lalu naik terus. Sekarang jumlah SPBU bertambah maka konsumsi bertambah juga. Kalo tidak diminati jumlah SPBU bertambah tapi rata-rata menurun. Sekarang ini masih meningkat,"ujarnya.

Sebelumnya, Vice President Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, animo masyarakat terhadap Pertalite cukup baik. Buktinya, dengan harga jual sedikit lebih mahal dari Premium, BBM tersebut laku terjual. "Pertalite lebih fleksibel, paling tidak animo tinggi mengambil pasar 13 persen dari Premium," kata Wianda.

Dia juga mengungkapkan, saat ini penjualan Pertalite sudah mencapai 2 juta liter, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang sudah menjual Pertalite mencapri 140 unit tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi.

Lebih jauh dia mengatakan, penjualan pertalite juga bakal digenjot demi menutupi kerugian Rp 12 triliun yang dialami Pertamina. Diketahui Pertamina mengalami kerugian karena menjual premium di bawah harga keekonomian.

Dia menyebut, harga patokan premium saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga minyak mentah dan harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP).

Dengan begitu meski harga minyak dunia turun, Pertamina masih mengalami kerugian atas penjualan premium karena harganya lebih rendah dari harga patokan.

"Masih segitu (kerugian Pertamina) kita lihat belum ada penuruna dari ICP, malah lebih tinggi diatas ICP dan minyak mentah US$ 15-16 perbarel. Kondisi pasar seperti itu," kata Wianda. (Fathi mahmud/Gdn)