Sukses

Top 5 Bisnis: Gaji Presiden RI Curi Perhatian

Berita mengenai kenaikan gaji presiden masih mencuri perhatian pembaca setia Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sampai saat ini masih menerima gaji sekitar Rp 60 juta setiap bulan. Jumlah tersebut dinilai terlalu kecil untuk ukuran pemimpin negara.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi mengaku setuju dengan apa yang diinginkan Kementerian Keuangan untuk mengusulkan adanya kenaikan gaji presiden tersebut.‎

"Kalau saya pribadi setuju (gaji presiden naik), masak gaji presiden lebih rendah dari direksi BUMN, gaji gubernur BI Rp 200 juta per bulan, gaji presiden sekitar Rp 60‎ juta per bulan, seharusnya gaji beliau (presiden) yang lebih tinggi di negara ini," kata Yuddy di Jakarta, Selasa (10/11/2015).

Berita mengenai kenaikan gaji presiden masih mencuri perhatian pembaca setia Liputan6.com. Selain itu, ada beberapa artikel lain hang menjadi artikel paling banyak dibaca pada edisi Selasa (10/11/2015), kemarin. Berikut Top 5 Bisnis edisi kemarin, dan klik tautan judul untuk membaca artikel selengkapnya.

1. Berapa Sebaiknya Besaran Kenaikan Gaji Presiden RI

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sampai saat ini masih menerima gaji sekitar Rp 60 juta setiap bulan. Jumlah tersebut dinilai terlalu kecil untuk ukuran pemimpin negara.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi mengaku setuju dengan apa yang diinginkan Kementerian Keuangan untuk mengusulkan adanya kenaikan gaji presiden tersebut.‎

"Kalau saya pribadi setuju (gaji presiden naik), masak gaji presiden lebih rendah dari direksi BUMN, gaji gubernur BI Rp 200 juta per bulan, gaji presiden sekitar Rp 60‎ juta per bulan, seharusnya gaji beliau (presiden) yang lebih tinggi di negara ini," kata Yuddy di Jakarta, Selasa (10/11/2015).

2. Hindari 7 Hal Ini agar Terhindar Hidup Miskin

Menjadi kaya dan mapan adalah harapan banyak orang. Banyak hal yang dapat dilakukan ketika kemampuan finansial Anda memadai. Tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan pribadi, Anda bahkan dapat membantu orang lain yang membutuhkan.

Namun menjadi kaya dan mapan tidak semudah orang bercerita saat mencapainya. Banyak hal yang harus Anda lakukan untuk meraihnya. Salah satunya adalah dengan memulai dan menghindari kebiasaan-kebiasaan yang membuat Anda semakin jauh mencapai kemapanan secara finansial.

Apa saja yang harus Anda hindari agar bisa cepat kaya? Simak tips berikut ini seperti yang dikutip dari laman Cheatsheet.net. Selasa (10/11/2015):

3. 10 Negara Paling Dermawan di Asia, Indonesia Posisi Berapa?

Penduduk di negara-negara Asia dikenal ramah dan baik. Sebuah lembaga bernama Charities Aid Foundation's World Giving Index (WGI) membuat peringkat negara-negara paling dermawan di Asia yang dikumpulkan oleh Gallup.

Dalam hal ini, lembaga tersebut melakukan survei dan studi berdasarkan 3 aspek yakni: membantu orang asing, menyumbangkan uang dan sukarela meluangkan waktu.

Dilansir dari Asian Ranking, Selasa (10/11/2015), ada 10 negara di Asia yang masuk daftar teratas (diurut dari terbwah hingga teratas). Posisi berapa Indonesia?

4. Kesenjangan Orang Kaya dan Miskin Memburuk Karena Hal Ini

Pemerintah mengakui bahwa rasio ketimpangan antara penduduk kaya dan miskin (gini rasio) semakin melebar dari target 0,4 di tahun ini. Sementara pengangguran pada periode Agustus 2015 naik 320 ribu orang dan jumlah orang miskin bertambah 860 ribu jiwa.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil mengatakan, dalam Nawacita dan RPJMN Joko Widodo (Jokowi), pemerintah menargetkan penurunan angka gini setiap tahun. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, gini rasio ditargetkan turun ke level 0,39 dari 0,40 pada APBN-P 2015.

"Gini rasio memang kemarin ini memburuk sekali karena harga komoditas sehingga orang yang punya akses ke pertambangan mendapat uang dalam jumlah banyak. Sehingga gini rasio naik," kata Sofyan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (10/11/2015).

5. 15 Tahun Lagi, Banyak Profesi yang Bakal Digantikan Mesin

Sejumlah profesi atau jenis pekerjaan diperkirakan bakal tergilas oleh kemajuan teknologi informasi (IT) pada 2030. Hanya orang-orang yang memiliki kreativitas yang akan mampu bertahan dan berkembang.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil mengutip hasil studi seorang ekonom di Amerika Serikat (AS), sebanyak 47 persen dari jenis pekerjaan saat ini akan menghilang pada 2030.

"Karena digantikan smart mechine dan IT. Barangkali sebentar lagi supir truk tidak diperlukan lagi, karena ada IT canggih yang bisa menggantikannya," ujar Sofyan saat Workshop Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan di Jakarta, Selasa (10/11/2015).

(Zul/Gdn)