Sukses

KKP Targetkan Produksi Rumput Laut RI Capai 19,5 Juta Ton

Rumput laut menjadi salah satu komoditas utama perikanan budidaya yang menjadi andalan dalam peningkatan perekonomian daerah.

Liputan6.com, Jakarta - Rumput laut menjadi salah satu komoditas utama perikanan budidaya yang menjadi andalan dalam peningkatan produksi, meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto menyatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut Indonesia mencapai 19,5 juta ton pada 2019. Pada tahun lalu, produksi rumput laut Indonesia telah mencapai 10,23 juta ton.

"Kita optimistis target ini dapat tercapai karena luas lahan potensi untuk budidaya laut di seluruh Indonesia, masih cukup luas," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (11/11/2015).


Dia menjelaskan, saat ini Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar di dunia untuk jenis rumput Eucheuma cottonii dan Gracilaria.

"Untuk cottonii, produksi kita mencapai 97,83 persen dari produk dunia, sedangkan untuk gracilaria mencapai 96,4 persen. Ini berdasarkan data statistic FAO pada 2014," lanjutnya

Untuk mendukung peningkatan produksi rumput laut ini, kata Slamet, pada 2016 KKP telah menganggarkan Rp 300 miliar untuk pengembangan rumput laut. Anggaran ini mencakup pengembangan bibit unggul rumput laut, sarana budidaya dan pengawalan teknologi budidaya rumput laut.

"Bibit rumput laut kultur jaringan hasil kerjasama KKP dan SEAMEO Biotrop, akan terus dikembangkan karena memiliki keunggulan baik dari segi kandungan karaginan maupun pertumbuhan yang lebih cepat," kata dia.

Menurut Slamet, budidaya rumput laut dapat juga dilakukan baik melalui system monokultur di laut dan tambak maupun sistem polikultur.

"Untuk system polikultur, budidaya rumput gracilaria bisa mengurangi resiko serangan white spot pada budidaya udang. Sehingga selain mengoptimalkan produktivitas lahan, cuga mencegah serangan penyakit pada budidaya udang," jelasnya.

Slamet juga mengungkapkan, depannya budidaya rumput laut akan dikembangkan di pulau-pulau terpencil dan juga di daerah perbatasan. Menurutnya, saat ini masalah kesejahteraan menjadi isu yang terdapat di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terpencil.

Namun dengan budidaya rumput laut yang mudah dan murah, kemudian mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"kita akan terus dorong untuk pengembangan budidaya rumput laut di wilayah-wilayah tersebut. Ini juga wujud dari kedaulatan bangsa melalui budidaya rumput laut," ungkapnya.

Selain itu, terkait dengan tata ruang pesisir dan kawasan laut, pengembangan budidaya rumput laut ke depan akan di arahkan ke wilayah Indonesia Timur. Wilayah Indonesia timur, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara dan Bali, merupakan wilayah dengan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadii sentra budidaya laut.

"Ke depan, wilayah ini akan juga dikembangkan menjadi kawasan industry rumput laut, yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Pengelolaan budidaya rumput laut juga akan berdasarkan pengembangan kawasan. Sehingga selain mudah di kontrol, budidaya rumput laut akan dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan berbasis pada ekosistem," tandasnya. (Dny/Gdn)

 
 
Â