Sukses

Kilang TPPI Bisa Hemat Devisa US$ 2,2 Miliar per Tahun

TPPI dapat mengolah sekitar 100 ribu bph kondensat dan atau naphta.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat penghematan devisa sebesar US$ 2,2 miliar per tahun dengan pengoperasian kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang berada di Tuban, Jawa Timur. Alasannya, dengan adanya kilang tersebut bakal mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Elpiji.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, kilang TPPI dapat menghasilkan kurang lebih 61 ribu barel per hari (bph) untuk jenis Premium, 10 ribu bph untuk HOMC, dan 11,5 ribu bph untuk Solar. Selain itu, tutur Dwi, TPPI juga memproduksi Elpiji hingga 480 metrik ton per hari.

"Total penghematan devisa negara dari BBM dan Elpiji dari TPPI mencapai US$ 2,2 miliar. Manfaat pengoperasian TPPI ini tentu saja tidak sebatas penghematan devisa, akan tetapi banyak aspek, mulai dari sentimen positif terhadap investasi, ketenagakerjaan, dan efek berganda lainnya," kata Dwi, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu (11/11/2015).


Dwi mengungkapkan, TPPI dapat mengolah sekitar 100 ribu bph kondensat dan atau naphta. Dari pengolahan bahan baku dengan mogas mode akan diperoleh beberapa produk minyak, seperti Elpiji, Solar, Fuel Oil, Premium, dan HOMC.

"Apabila dioperasikan dengan aromatic mode, TPPI dapat memproduksi petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional," tuturnya.

Dwi menambahkan yang tidak kalah penting dari pengoperasian kilang TPPI, sekitar 700 orang dapat kembali bekerja mengimplementasikan keahliannya di TPPI dan sekitar 2.000 lapangan kerja di sekitar TPPI kembali terbuka sebagai efek berantai dari pengoperasian TPPI.

"Pengoperasian kembali TPPI juga memonetize investasi sebesar US$ 2,15 miliar yang ditanamkan sebelumnya," tutup Dwi. 

Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan, beroperasinya Kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI)‎ menjadi capaian penting bagi penataan industri migas dan peningkatan efisiensi dan ketahanan energi nasional.

Sudirman mengatakan, kilang yang dibangun pada 1995 tersebut merupakan salah satu kilang terbaik di Indonesia saat ini, dari sisi teknologi dan tingkat efisiensi. "Peresmian beroperasinya TPPI oleh Pertamina merupakaan tahapan dan pencapaian penting," kata Sudirman.

Sudirman menambahkan, beroperasinya TPPI akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) 30 persen ketika nantinya beroperasi dengan kapasitas penuh. Beroperasinya TPPI juga menyerap kondensat yang dihasilkan oleh lapangan minyak di Indonesia.

"Hal ini mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah karena ada tambahan minyak mentah yg diolah dalam negeri," ungkap Sudirman.

Secara ekonomi makro, penurunan impor BBM dan penggunaan minyak mentah untuk diolah sendiri berkontribusi pada penguatan nilai tukar rupiah. Hal ini karena kebutuhan mata uang dolar untuk membayar impor BBM berkurang secara signifikan.

Keputusan pemerintah untuk mengambil alih TPPI secara korporasi merupakan solusi permanen setelah 15 tahun mengalami ketidakpastian. Berbagai masalah selama ini menerpa TPPI mulai dari ketidakjelasan struktur kepemilikan, situasi keuangan, kepastian pasokan bahan baku dan pemasaran hasil olahan. (Pew/Gdn)