Liputan6.com, Gresik - Presiden RI Joko Widodo sore ini telah mencanangkan pembangunan kawasan industri berbasis pondok pesantren di Gresik, Jawa Timur. Kawasan Industri ini bernama Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
Kawasan Industri yang memiliki luas 2.900 hektare ini nantinya akan menjadi penggerak utama ekonomi Gresik untuk jangka panjang, dan menyumbang ekonomi nasional secara umumnya.
"Kawasan industri ini ya seperti ini, dulu saya pernah bicara kalau untuk 50-70 tahun ke depan, kita harus bangun kawasan industri dengan luas minimal 2.000 hektar, ini 2.900, jadi sudah memenuhi syarat," kata Jokowi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (11/11/2015).
Sedikit berbeda dengan kawasan industri lainnya, JIIPE ini nantinya akan menjadi percontohan kawwasan industri yang berbasis santri mengingat dalam pemenuha tenaga kerjanya bekerjasama dengan pondok pesantren Qomarudin Gresik.
Ditegaskan Jokowi, sebenarnya sinergi antara pengusaha dalam mengembangkan kawasan industri yang bekerjasama dengan pondok pesantren ini sudah diperintahkan sejak awal tahun, hanya saja baru terealisasi akhir tahun ini.
"Ini sudah saya perintahkan awal tahun lalu, baik di Boyolali, Jawa Barat, maupun di Gresik. Alhamdulillah kerjasama ini bisa terus diteruskan di daerah lain," tegas dia.
Baca Juga
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menambahkan saat ini setidaknya angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,5 juta orang. Dengan terus dibangunnya kawasan industri ini, diharapkan ke depan dapat mengurangi angka pengangguran itu.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa BKPM berkeinginan agar investasi tidak hanya memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, namun juga harus mampu menyentuh langsung dan berperan dalam mensejahterakan masyarakat.
“Program sinergi investasi dengan pondok pesantren ini merupakan bagian dari inisiatif investasi untuk rakyat. Secara lebih konkret kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Agama pada 23 Agustus 2015 tentang peningkatan kapasitas SDM, penyerapan tenaga kerja kalangan santri, dan kemitraan antara investor dengan pondok pesantren,” ujarnya.
Menurut Franky, peluncuran program ini juga dilakukan untuk mendukung penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri untuk menghormati jasa besar para santri dalam perjuangan kemerdekaan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa program ini dikembangkan melalui pilot project di tiga kabupaten, yaitu di Gresik, Jawa Timur, Boyolali, Jawa Tengah, dan Majalengka, Jawa Barat.
“Kami memilih lokasi peluncuran program ini di Jawa Timur, atas dasar bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah santri terbanyak di Indonesia, yaitu mencapai 70% dari total santri Indonesia,” jelasnya. (Yas/Ndw)