Liputan6.com, Jakarta - Kasus laporan penumpang Lion Air terhadap seorang pilot yang menawarkan pramugari janda dan suara desahan, menimbulkan pertanyaan, mungkinkah benar ada bisnis prostitusi terselubung di pesawat?
Ketua Penerbangan Berjadwal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA), Bayu Sutanto membantah bisnis esek-esek menjalar sampai di atas pesawat penumpang.
"Tidak ada sama sekali. Gila kalau sampai ada di pesawat penumpang," tegas Bayu saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (19/11/2015).
Ia menyangsikan para kru pesawat dapat melakukan tindakan asusila dengan membangun jaringan bisnis prostitusi di pesawat. Pasalnya selama ini, pilot dan pramugari, sambung Bayu, telah mengantongi penghasilan cukup besar setiap bulan.
Baca Juga
"Gaji pilot dan pramugari sudah berlebih, ditambah fasilitas ini itu. Untuk pilot senior bisa menerima penghasilan take home pay sekitar Rp 60 juta-Rp 80 juta. Pramugari senior dibayar sekitar Rp 20 juta per bulan," papar Bayu.
Menurutnya, dengan penghasilan tersebut, pilot dan pramugari bisa memiliki tunggangan atau kendaraan. "Gaji sebesar itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, malah berlebih. Wong rata-rata punya mobil semua," cetus Bayu.
Soal tekanan atau underpressure yang kerap dihadapi pilot dan pramugari untuk mencapai target jam terbang, Bayu mengaku itu bukanlah alasan bagi kru pesawat menyimpang dan melanggar aturan perusahaan.
"Di mana-mana orang kerja pasti ada tekanan, jadi itu bukan alasan," ujarnya.
Kata Bayu, asosiasi tidak mampu berbuat apa-apa untuk menindak perbuatan kurang pantas di dalam pesawat termasuk penawaran pramugari janda dan suara desahan sang pilot.
Advertisement
"Asosiasi tidak bisa apa-apa, itu kan menyangkut nama baik maskapai. Kalau ada tindakan tidak menyenangkan penumpang, diberikan peringatan, atau kalau sudah fatal dipecat," harap Bayu.(Fik/Ndw)
Kasus laporan penumpang Lion Air terhadap seorang pilot yang menawarkan pramugari janda dan suara desahan