Sukses

PT Dirgantara Indonesia Mampu Bukukan Kinerja Positif

PTDI mampu menjual beberapa unit pesawat pada tahun ini.

Liputan6.com, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu menorehkan kinerja positif pada 2015 ini. Diperkirakan, perusahaan mampu membukukan penjualan hingga Rp 9 triliun di akhir tahun nanti. 

Direktur Niaga dan Restrukturisasi Dirgantara Indonesia, Budiman Saleh menjelaskan, PTDI mampu menjual beberapa unit pesawat pada tahun ini. Ia memperkirakan hasil dari penjualan pesawat tersebut mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 9 triliun sampai akhir tahun nanti. 

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan di kisaran 60 persen hingga 80 persen dari penjualan tersebut. "Rata-rata pendapatan bisnis sekitar Rp 5 triliun hingga Rp 9 triliun, dengan belanja modal 60 persen sampai 80 persen,"ucapnya, di Bandung, Rabu, (25/11/2015).


Untuk membiayai produksi, PTDI mendapatkan fasilitas pendanaan dari beberapa bank milik pemerintah. Salah satu bank yang menyalurkan pembiayaan ke perseroan adalah PT Ban kNegara Indonesia Tbk (BNI).

Dana tersebut digunakan oleh PTDI untuk menyelesaikan 11 pesawat yang sudah dipesan dan telah diproduksi di tahun ini. Pesanan tersebut diantaranya dari Korea dan tiga negara di Benua Afrika. 

Budiman juga menyatakan, pembiayaan dari beberapa bank yang bernaung di dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, dengan kerja sama tersebut perusahaan-perusahaan BUMN menjadi lebih bersinergi sesuai dengan keinginan dari Menteri BUMN Rini Soemarno.

Menengok ke belakang, kinerja positif yang ditorehkan oleh PTDI tidak hanya terjadi di tahun ini saja. Pada 2012 hingga 2014, TNI telah memesan pesawat sebanyak 34 unit dengan harga 20 euro per unit.

Sebelumnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandy mengatakan bahwa perusahaan yang sebelumnya bernama IPTN menjadi harapan untuk membangun kemandirian bangsa melalui produk berteknologi tinggi.

"Melalui PTDI, kita bangun kemandirian bangsa dan lepaskan ketergantungan dari bangsa lain. Jangan sampai kita jadi bangsa tukang," kata Yuddy.

Menteri Yuddy menuturkan bahwa dalam industri pesawat terbang nasional memiliki visi besar yang sudah dibangun sejak lama oleh Habibie. Namun sepertinya ada tembok besar yang menghalangi untuk dapat mengungguli produk lain.

"Tembok besar itu adalah tidak adanya political will yang berkesinambungan. Akibatnya perusahaan ini up and down," ujarnya (Apr/Gdn)