Liputan6.com, Tokyo - Produsen perangkat elektronik asal Jepang seperti Sharp, Sony, Panasonic pernah mencapai tingkat tertinggi di pasar global. Kondisi sekarang berbeda, kini mereka menghadapi persaingan ketat dari Korea Selatan dan China di berbagai sektor dari televisi hingga ponsel.
Akan tetapi, perusahaan Jepang tetap berusaha untuk bertahan di tengah persaingan ketat. Hal itu terlihat dari restrukturisasi drastis dalam industri beberapa tahun terakhir. Perusahaan Jepang menjual divisi merugi, dan fokus pada produk high-end.
Hasilnya pun bervariasi.
Akan tetapi, salah satu satu strategi menjanjikan bergeser menjadi B to B. Hal itu membuat penyediaan suku cadang dan perangkat pelanggan bisnis bukan konsumen umum. Strategi itu pun terbayarkan.
Advertisement
Langkah perusahaan Jepang pun cukup cerdas. Dengan langkah perubahan bisnis ada yang membuat produsen elektronik itu tetap bertahan malah mencatatkan laba kuat seperti Panasonic dan Sony. Akan tetapi juga sisi lain ada juga masih merugi hingga semester I 2015 seperti Sharp dan Toshiba.
Baca Juga
Laba operasi Panasonic berdasarkan tahun fiskal naik 13 persen menjadi US$ 1,6 miliar pada semester I 2015. Sony pun juga menyatakan kalau kinerja keuangannya kembali positif untuk pertama kali dalam dua tahun.
"Kami mengharapkan peningkatan pendapatan untuk semua lima divisi elektronik selama setahun penuh," ujar Chief Financial Officer (CFO) Sony Kenichiro Yoshida seperti dikutip dari laman NHK, Selasa (1/12/201).
Salah satu yang mendongkrak laba Sony yaitu keberhasilan sensor gambar kamera sehingga mampu menghasilkan foto berkualitas tinggi. Pengamat mengatakan, peralihan dari produk konsumen untuk komponen adalah kunci masa depan industri.
"B to B memiliki margin lebih tinggi dari bisnis elektronik consumer. Fokus pada perangkat dan menjaga perbedaan teknologi, itu lebih penting," tutur Analis Morgan Stanley MUFG Securities Masahiro Ono.
Sony pun setuju mengenai hal tersebut. Mereka menghabiskan jutaan dolar membeli lini produksi dan perusahaan lain.
"Pasar untuk image sensor akan terus berlanjut hingga 30 tahun ke depan. Kami mencoba untuk menjaga posisi teratas," tutur Shiego Ohba dari divisi perangkat solusi Sony.
Tak hanya Sony yang bergerak maju, Panasonic juga bergerak menemukan bisnis baru agar tetap bertahan. Panasonic memamerkan lapu LED terbaru, dan perusahaan juga dapat menggunakan untuk memasarkan produknya. Tak hanya lampu tetapi perseroan juga masuk bisnis baterai, memasok baterai lithium untuk produsen mobil listrik.
"Melihat reaksi pelanggan, kami merasa yakin kalau pergeseran bisnis dapat memperkuat strategi tepat," kata Presiden Panasonic Kazuhiro Tsuga.
Sebelumnya bisnis televisi dan operasional lain Panasonic merugi dalam dua tahun lalu. Kini dengan mengubah bisnis dapat menjadi strategi menguntungkan. Analis pun memperkirakan perusahaan lain akan segera mengikuti langkah mereka.
Kondisi Sharp
Kondisi Sharp
Panasonic dan Sony kembali berada di jalur positif untuk kinerja keuangannya. Cerita Sharp berbeda. Perseroan terus mencatatkan kerugian besar.
10 tahun lalu, Sharp menjadi salah satu pemimpin untuk televisi dan lcd. Kini produsen elektronik dari Korea Selatan kini menyusul mereka dengan membuat model lebih murah.
Bahkan dengan persaingan ketat tersebut membuat Sharp bernegosiasi dengan produsen Taiwan dan calon investor lainnya untuk tetap bertahan di industri elektronik.
Meski berada di tengah kesulitan, Sharp tidak menyerah pada bisnis LCD nya. Bahkan sejumlah laboratorium penelitian mereka lebih sibuk dari sebelumnya. Banyak inovasi yang dilakukan di Kameyama, Jepang yang merupakan tempat produksi LCD Sharp. Perusahaan ini bekerja pada cara-cara baru untuk menggunakan LCD yang tidak ada hubungannya dengan televisi.
Salah satu contohnya, perusahaan komunikasi satelit AS bekerja sama dengan Sharp untuk mengembangkan antena satelit.
Sharp juga dapat menggunakan teknologi canggih untuk memenangkan kembali hati konsumen. "Kami akan menciptakan sesuatu baru seperti koneksi internet yang penuh untuk peralatan rumah tangga," ujar Presiden Sharp Electronics Yoshisuke Hasegawa.
Perusahaan Jepang ini memang tak pernah menyerah, dan terus berinovasi. Akan tetapi, perusahaan juga harus merespons cepat perubahan kebutuhan konsumen pada saat yang sama.
Produsen elektronik Jepang masih di ujung tombak di berbagai bidang. Akan tetapi sejumlah pengamat menilai, kalau perusahaan-perusahaan ini terlalu lambat untuk menyingkirkan unit divisi bisnis yang merugi. (Ahm/Igw)
Advertisement