Sukses

The Fed Diminta Buka-bukaan soal Tahapan Kenaikan Suku Bunga

The Fed telah mempertahankan suku bunga rendah dekat nol persen selama tujuh tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berbulan-bulan menjalani berbagai pertemuan, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) tak kunjung mengambil keputusan mengenai kenaikan suku bunga yang justru sangat dinanti pasar keuangan di seluruh dunia.

Gubernur The Fed Chicago, Charles Evans menekankan, The Fed sebaiknya berkomunikasi secara eksplisit pada pertemuan Desember ini guna mengumumkan secara terbuka tahapan kenaikan suku bunga yang akan dilakukan.

Melansir laman Reuters, Rabu (2/12/2015), The Fed telah mempertahankan suku bunga rendah dekat nol persen selama 7 tahun terakhir. Diprediksi, mereka akan memulai kebijakan pengetatan moneternya pada pertemuan mendatang, 15-16 Desember.

Evans mengatakan, jika The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga secara bertahap pada hasil rapat bulan ini, proyeksi ekonomi, atau saat pertemuan media dengan Janet Yellen setelah pertemuan berlangsung, itu semua akan sangat membantu pergerakan pasar keuangan di berbagai negara.


"Kami akan berdiskusi, serta melihat sejauh mana kami menyetujui kenaikan suku bunga dan berbagai persoalan secara mendetail guna mengumumkannya. Ini tergantung pada Yellen dan jika gagasannya bisa disepakati. Saya harap dia dapat bicara saat temu media nanti," tuturnya.

Dia juga menekankan pentingnya The Fed mengomunikasikan jadwal kenaikan suku bunga secara bertahap dengan efektif, sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi AS. Hingga saat ini, Evans merupakan salah satu pembuat kebijakan yang meragukan adanya kenaikan suku bunga pada Desember.

Meski begitu, beberapa pernyataannya menunjukkan betapa pentingnya kenaikan suku bunga dilakukan secara bertahap dalam waktu dekat.

Sejauh ini, masih terdapat perdebatan di antara para petinggi The Fed tentang seberapa cepat inflasi meningkat dan dapat mencapai target 2 persen seperti yang ditargetkan. Yang setuju dengan kenaikan suku bunga justru merasa kenaikan tersebut akan memicu inflasi untuk segera mencapai target.

Evans merasa kondisi AS saat ini sama seperti Jepang dan mengatakan ekonomi AS masih kuat secara fundamental. Meski ia mengakui adanya kelemahan dalam memprediksi beberapa indikator pertumbuhan ekonomi untuk pengambilan keputusan jangka panjang.

"Ini merupakan batasan dari kecerdasan kami, tapi juga tantangan dalam memprediksi hal-hal yang belum diketahui," tandasnya. (Sis/Gdn)*

Video Terkini