Sukses

Bos BI Yakin Ekonomi RI Mampu Bertahan di Tengah Gejolak Global

Gubernur BI Agus Martowardojo menilai kepercayaan investor asing mulai kembali dengan ditandai aliran dana asing kembali masuk.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo optimistis ekonomi Indonesia akan membaik meski perekonomian dunia masih penuh ketidakpastian.

Agus mengatakan, ketidakpastian ekonomi dunia berdampak pada penurunan harga komoditas bahkan mencapai 9,9 persen di luar dari prediksi 3 persen. Dana asing yang keluar dari negara berkembang mencapai US$ 97 miliar, hal tersebut menjadi ancaman.

"Ketidakpastian tinggi sekali, kita sudah diamani di AS, Tiongkok. Harga komoditas tak berhenti-henti menurun," kata Agus, di Kantor Bank Indonesia, ‎Jakarta, Kamis (3/12/2015).

Agus mengatakan, meski perekonomian dunia sedang mengalami terpaan, perekonomian Indonesia‎ masih stabil. Hal tersebut ditunjukan oleh level inflasi yang berada di bawah 3 persen sepanjang tahun, transaksi berjalan di bawah 2 persen dan neraca pedagangan surplus.

"Inflasi sudah lebih meyakini tahun 2015 di bawah 3 persen sepanjang tahun. 2 tahun terakhir 8,3 persen, itu tentu kita syukuri, transaksi berjalan pernah US$ 29 miliar, pernah 44 persen dari GDP. 2015 insya Allah di bawah 2 persen," papar Agus.

Melihat indikator tersebut Agus pun optimistis perekonomian Indonesia akan membaik dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat sesuai harapan‎, 5,2-5,6 persen  pada 2016.  "Kita syukuri di Indonesia stabilitas tetap terjaga, optimis ke depan lebih baik," ujar Agus.

Agus menambahkan, kepercayaan investor asing pun mulai kembali, dana asing yang keluar pada Agustus dan September mulai kembali masuk.

Dari periode Januari hingga November dana asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 50 triliun, meski masih jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 250 triliun, namun hal tersebut lebih baik dari negara lain. "Negara lain sudah tidak masuk dananya, bahkan Brasil dan Rusia resesi, minus," ungkap dia.

Menurut Agus, kondisi tersebut disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki Indonesia, seperti bonus demografi,  komitmen pemerintah untuk reformasi struktural, mulai dari pengelolaan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), dan kebijakan ekonomi keluar setiap dua minggu, dan‎ Bank Indonesia (BI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selalu bisa menjaga sistem keuangan stabil dan kondisi terkendali.

"Bahkan publik mengatakan bahwa salah satu kekuatan Indonesia, semakin dewasa dalam berdemokrasi, walaupun kadang terlalu aktif tapi bisa dipisahkan, tetap bisa terjaga‎," pungkas Agus. (Pew/Ahm)

Video Terkini