Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Wakil Presiden Bambang Widianto mengatakan angka gini ratio di Indonesia terus meningkat. Bahkan, angkanya sudah hampir menyentuh gini ratio negara-negara yang mengalami Arab Spring.
"Gini ratio kita sekarang sudah 0,41. Kalau di perkotaan 0,43. Pak Wapres selalu katakan waktu Arab Spring terjadi itu 0,45 gini rationya. Jadi kita harus hati-hati sekali," kata Bambang, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Baca Juga
Gini ratio merupakan ukuran untuk menentukan kesenjangan pendapatan dan kekayaan. Semakin tinggi, artinya makin terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.
Advertisement
Baca Juga
Bambang mengatakan pemerintah fokus untuk mengurangi kesenjangan. Namun, caranya bukan dengan membuat penerimaan si kaya‎ berkurang. "Yang kaya tumbuh di atas rata-rata, yang miskin tumbuh di bawah rata-rata. Tapi kita juga tidak bisa turunin yang atas. Sekarang bagaimana caranya meningkatkan pendapatan yang di bawah," tutur Bambang.
Pemerintah pun telah bergerak untuk mengatasi hal ini. Kebijakan yang telah dikeluarkan antara lain adalah menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) dan menetapkan formula untuk perhitungan upah minimum.
"Bahwa penetapan upah minimum menurut formula ini memberikan kepastian bagi dunia usaha dan bagi pekerja itu sendiri. Harus kita pikirkan juga pekerja itu bukan yang sudah bekerja saja karena banyak mereka yang masih mencari pekerjaan. Kalau upah minimum tumbuhnya terlalu tinggi, mereka yang mencari pekerjaan tidak akan dapat," tandas Bambang.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6