Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah masih menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir tahun. Terutama menunggu detik-detik kenaikan tingkat suku bunga oleh The Federal Reserve yang rencananya akan dieksekusi pada bulan ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan, para pelaku pasar bertindak dengan penuh pertimbangan menghadapi penyesuaian Fed Fund Rate oleh Gubernur The Fed Janet Yellen di akhir tahun ini.
Baca Juga
"(Pelemahan rupiah) jangan lihat akhir tahunnya. Kan AS hampir pasti menaikkan tingkat suku bunga. Mungkin seminggu ke depan, pasar selalu penuh pertimbangan meskipun kadang tidak. Ada yang sangat menghindari risiko, sehingga sebagian pelaku pasar bereaksi mulai berjaga-jaga supaya tidak pindah ke negaranya," ujar Darmin usai menghadiri acara Investor Gathering dan Pameran Investasi Keuangan 2015 di Jakarta, Senin (7/12/2015).
Advertisement
Menurut Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu, pemerintah dan otoritas moneter BI selalu berupaya menjaga stabilitas kurs rupiah terhadap dolar AS. Salah satu cara menahan fluktuasi atau volatilitas rupiah yang cukup tinggi, dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi.
"Perhatikan waktu rupiah 14.800 per dolar AS, apa yang kita lakukan? Melakukan deregulasi kan. Kemudian disusul dengan kebijakan moneternya," tegas Darmin.
Mengutip Bloomberg, Senin (7/12/2015), rupiah diperdagangkan di angka 13.843 per dolar AS pada pukul 12.15 WIB. Level tersebut melemah tipis jika dibandingkan dengan pembukaan yang di level 13.824 per dolar AS dan juga penutupan pada pekan lalu 13.834 per dolar AS.
Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di level 13.823 per dolar AS hingga 13.860 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 11,70 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level 13.837 per dolar AS. Melemah tipis jika dibandingkan dengan Jumat kemarin yang ada di level 13.833 per dolar AS.
Namun memang, pelemahan rupiah tidak terlalu tajam karena ada sentimen dari dalam negeri yang mampu menahan penguatan dolar AS.
"Paket kebijakan ekonomi VII yang diluncurkan pada Jumat sore mulai menyasar ke sisi permintaan walaupun dengan beberapa syarat," jelas Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Dengan menyasar ke sisi permintaan tersebut maka dampaknya kepada pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat dirasakan jika dibandingkan dengan kebijakan yang menyasar ke sisi penawaran.