Sukses

Menko Darmin: Jangan Pusing Ekonomi Dunia Sembuh atau Tidak

Menko Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, Indonesia perlu tahu apa yang dilakukan untuk hadapi situasi ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian dunia sedang terombang ambing dalam ketidakpastian. Pemerintah Indonesia dan masyarakat diminta untuk tidak terlalu berharap besar ekonomi dunia akan lekas membaik mengingat banyak persoalan yang belum terselesaikan, termasuk masalah utang.

"Hampir semua negara maju utangnya banyak, tidak ada yang hanya 100 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ada yang 150 persen-200 persen. Dilihat dari porsinya, (utang) kita sudah lebih sehat," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, Senin (7/12/2015).

Saat krisis melanda di periode 2007-2008, Darmin menjelaskan, seluruh dunia melakukan reformasi struktural. Ternyata tidak berhasil karena ada kebijakan-kebijakan yang tidak lumrah, seperti tingkat suku bunga yang mendekati nol persen.
Dengan kata lain, Mantan Gubernur Bank Indonesia ini bilang, kebijakan moneter tidak jalan jika suku bunga mendekati nol persen.

"‎Karena utangnya kebanyakan, maka kebijakan moneternya di loss kan saja. Jadi sebenarnya kita tidak perlu terlalu pusing ekonomi dunia sembuh benar atau tidak. Yang penting apa yang harus kita lakukan menghadapi situasi ini," ujar dia.

Darmin menuturkan, Indonesia harus menghadapi perlambatan ekonomi yang telah terjadi sejak 2013 sampai saat ini. Seluruh dunia ramai ketika China mengeluarkan kebijakan melemahkan nilai kurs Yuan hingga 20 persen. Sementara saat Jepang melakukan hal sama bahkan mencapai 40 persen sengaja devaluasi Yen, semua tidak terlalu ambil pusing dengan kebijakan ini.

"Jadi ada suatu reaksi yang tidak begitu normal di ekonomi dunia. ‎Agak berlebihan karena memang tidak ada apa-apa. Kita tetap harus melakukan sesuatu agar ekonomi Indonesia tidak terperosok mengikuti irama perekonomian dunia," ujar Darmin.

Cara memperbaiki akumulasi pertumbuhan setahap demi setahap, kata Darmin, ‎lewat kebijakan makro yang menerapkan kehati-hatian, kebijakan di luar fiskal dan moneter seperti deregulasi, dan sebagainya.

"Jangan mau aman saja, sehingga kebijakan tidak memadai. Tapi terlalu nekad juga bisa mempertaruhkan nasib Republik ini, sehingga perlu berhati-hati tapi tidak kehilangan daya dorong untuk mengangkat perekonomian. Ada yang usulkan suku bunga (BI Rate) diturunkan, ada yang bilang nanti dulu karena khawatir capital outflow. Bagaimana kita cari titik optimumnya," jelas Darmin. (Fik/Ahm)

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Terkini