Liputan6.com, Jakarta - Nasib apes menimpa 6 orang terkaya Indonesia di saat kondisi perlambatan ekonomi dengan total harta kekayaan tergerus sekitar Rp 124,5 triliun. Orang terkaya yang harus menelan pil pahit ini rata-rata berbisnis sumber daya alam.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, susutnya harta orang-orang terkaya di Republik ini tidak terlepas dari kelesuan industri pertambangan dan komoditas lain karena terimbas dari anjloknya harga komoditas sumber daya alam.
"Miliarder kita kan banyak urusannya dengan pertambangan. Kalau pertambangan natural resources harganya turun, ya berdampak ke harta mereka," tegas Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (7/12/2015).
Saat ditanyakan mengenai pengaruh penerimaan pajak dari merosotnya harta miliarder asal Indonesia, Darmin masih bungkam. Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menaksir kekurangan atau shortfall penerimaan pajak di tahun depan mencapai Rp 160 triliun dari target APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,25 triliun.
Baca Juga
Mengutip dari Forbes, untuk perusahaan orang-orang terkaya Indonesia yang berorientasi ekspor akan sangat merasakan perlambatan ekonomi ini.
Belum lagi harga-harga komoditas yang anjlok bersamaan dengan niilai tukar rupiah terhadap dolar membuat kekayaan orang-orang terkaya dunia tersebut turun 9 persen atau sekitar US$ 9 miliar atau setara Rp 124,5 triliun.
Satu dari efek dramatis dari penurunan ini memukul 6 dari orang terkaya dunia, dari 28 miliarder di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Edwin Soeryadjaya dan Sukanto Tanoto, sebagai orang terkaya Indonesia yang bisnisnya bergantung pada komoditas.
Soeryadjaya memiliki 60 persen saham Saratoga Investama Sedaya yang bergerak di sektor batu bara, minyak dan gas serta minyak sawit.
Sementara Sukanto Tanoto adalah Bos Asian Agri, yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Harga yang rendah menopang penurunan kekayaan Tanoto.
Di tahun ini, hanya ada 10 orang terkaya Indonesia yang kekayaannya naik. Mereka yang kekayaannya turun kehilangan rata-rata US$ 370 juta, dan kekayaan mereka turun rata-rata 19 persen.
Miliarder lainnya adalah Sjamsul Nursalim dan Ning King. Penurunan kekayaan yang dialami oleh Sjamsul sebagian besar karena jatuhnya saham perusahaan ritelnya yaitu Mitra Adi Perkasa.
Sementara itu, ada dua orang kaya baru. Mereka adalah raja properti Osbert Lyman dan pengusaha tekstil Iwan Lukminto. Ada juga yang kembali masuk ke dalam daftar 50 orang terkaya dunia, yaitu Soetjipto Nagaria, yang masuk lagi menjadi orang terkaya dunia berkat saham perusahaan propertinya yang melonjak yaitu Summarecon. (Fik/Gdn)