Sukses

Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah Sentuh 14.110 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan jelang pengumuman kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan jelang pengumuman kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed). Rupiah sempat sentuh level 14.110 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (14/12/2015), pukul 09.50 WIB, rupiah berada di level 14.055 per dolar AS. Level tersebut melemah jika dibandingkan dengan awal pembukaan yang ada di angka 14.019 per dolar AS dan juga jika dibanding dengan penutupan pada pekan lalu yang ada di level 13.992 per dolar AS.

Sejak awal perdagangan rupiah diperdagangkan di kisaran 14.019 per dolar AS hingga 14.110 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 13,54 persen.


Pelemahan rupiah ini lebih disebabkan karena kekhawatiran pelaku pasar akan rencana kenaikan suku bunga The Fed. Jika Bank Sentral AS menaikkan suku bunga pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan gubernur yang akan berlangsung pada 15 dan 16 Desember waktu setempat nanti, diperkirakan akan terjadi pelarian dana-dana dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia ke Amerika Serikat.

"Rencana kenaikan suku bunga membuat nilai tukar dolar AS menguat dan menekan mata uang di negara berkembang. Rupiah pun juga terkena dampaknya," jelas Ekonom United Overseas Bank Ltd, Singapura, Ho Woei Chen, seperti dikutip dari Bloomberg.

Dalam survei yang dilakukan oleh Bloomberg kepada para ekonom dan analis, 78 persen dari yang disurvei menyatakan bahwa kemungkinan besar suku bunga akan naik. Namun memang, para analis belum bisa memperkirakan berapa besar kenaikannya.

Ho Woei Chen melanjutkan, pada perdagangan di akhir pekan lalu, rupiah telah melemah 0,5 persen dan merupakan penurunan terbesar sejak 9 November. Sepanjang bulan lalu atau sepanjang November, rupiah telah melemah 2,4 persen dan merupakan penurunan yang paling besar jika dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, untuk pekan ini, selain menunggu rapat FOMC, pelaku pasar juga menanti pengumuman BI rate yang dijadwalkan akan berlangsung pada Kamis 17 Desember nanti.

Sebagian pelaku pasar menginginkan BI segera menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mengingat pengampu kebijakan moneter tersebut telah mampu mengendalikan inflasi. Di awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia sebesar 0,21 persen pada November 2015. Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah sebesar 121,82. (Gdn/Ndw)

Video Terkini