Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) tidak akan berdampak terlalu banyak kepada Indonesia. Alasannya, The Fed telah memberikan sinyal kenaikan tersebut jauh-jauh hari sebelumnya sehingga sudah bisa diantisipasi.Â
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Ronald Waas mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed tidak akan semenakutkan seperti apa yang dibayangkan selama ini. Hal tersebut karena The Fed telah memberikan sinyal akan menaikan suku bunga sejak akhir tahun lalu sehingga pasar dan pelaku ekonomi dunia bisa melakukan persiapan.
"Pelaku pasar sudah melakukan persiapan, untuk otoritas juga persiapan sehingga reaksinya tidak seburuk kalau itu terjadi tiba-tiba. Dunia menyiapkan diri dengan baik sehingga itu berlangsung seolah-olah tidak ada apa-apa. Ini pun semua mempersiapkan diri baik otoritas maupun pelaku pasar," ujarnya di Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Baca Juga
Dia menjelaskan, dampak kenaikan Fed fund rate ini akan berbeda-beda pada perekonomian setiap negara. Namun Ronald belum bisa memastikan dampak terhadap ekonomi Indonesia ke depannya.
"Jadi mix reaksi pasar, ada negara-negara yang positif terhadap perekonomian mereka, tapi ada yang mengalami tekanan. Tapi kan baru beberapa jam," jelasnya.
Ronald menyatakan pengumuman ini setidaknya mengurangi ketidakpastian global. Dengan demikian, setiap negara akan lebih nyaman dalam menyusun strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. "Saya rasa, setiap ada kalau ada keputusan pasti mengurangi ketidakpastian," lanjut dia.
Meski demikian, pihaknya melakukan langkah antisipasi adanya tekanan global akibat kenaikan suku bunga ini. "Kalau risiko selalu ada, mau ada keputusan atau tidak, kita tunggu saja ya. Faktor-faktor yang menentukan ekonomi dunai selalu, ada karena selama ini ukurannya ekonomi AS menentukan, China menentukan dan Eropa menentukan," tandasnya.
Untuk diketahui, The Fed akhirnya memutuskan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Ini menandakan keyakinan bahwa sebagian besar ekonomi AS telah pulih dari dampak krisis keuangan 2007-2009.
Komite Kebijakan The Fed memutuskan kisaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 hingga 0,50 persen. Keputusan ini mengakhiri perdebatan panjang tentang apakah ekonomi AS cukup kuat untuk menahan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
"Para hakim Komite melihat ada perbaikan yang cukup besar dalam kondisi pasar tenaga kerja tahun ini. Hal itu cukup memberi keyakinan bahwa inflasi akan naik dalam jangka menengah dengan target 2 persen," kata The Fed dalam pernyataannya, melansir laman Reuters, Kamis (17/12/2015).
The Fed memperjelas jika kenaikan suku bunga adalah awal siklus dari langkah pengetatan, di mana dalam keputusan selanjutnya akan lebih memantau kondisi inflasi, yang berada di bawah target.
Mengingat angka inflasi di bawah 2 persen, Komite akan berhati-hati dalam memantau kemajuan aktual dan diharapkan menuju target inflasi. Komite berharap kondisi ekonomi akan berkembang dengan cara yang akan menjamin peningkatan. (Dny/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement