Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, jatuhnya harga minyak mentah dunia seharusnya berpengaruh pada harga jual bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Namun kenyataannya, harga jual BBM di dalam negeri relatif stabil.
"Sebetulnya memang harga BBM itu apa hubungannya dengan harga crude oil. Karena harga crude oil itu, harga inputnya turun ya," kata dia di Tangerang, seperti ditulis Jumat (18/12/2015).
Akan tetapi, Darmin mengatakan ada dua faktor yang membentuk harga BBM di pasaran. Pertama, apakah PT Pertamina (Persero) sudah menutup beban dari penjualan BBM. Jika, belum maka wajar jika harga BBM tinggi.
"Kalau belum bisa, tidak otomatis, bukannya tidak bisa, tapi tidak otomatis turun, karena ditunggu dulu dia tutup benar," ujarnya.
Faktor kedua, penyaluran subsidi apakah dipertahankan sampai akhir tahun atau tidak. Hal tersebut mempengaruhi harga BBM di pasaran.
Baca Juga
"Kedua apakah subsidinya dibiarkan tetap atau nggak, itu akhir tahun. Kalau berapa besar bisa diperoleh subsidi untuk energi, keputusan tetap atau tidaknya harga," tandas dia.
Sebagai informasi, harga minyak merosot seiring dengan kenaikan stok minyak AS menambah kekhawatiran mengenai melimpahnya stok minyak global.
Dilansir CNBC, Jumat (18/12/2015), perusahaan intelijen Genscape melaporkan, adanya peningkatan persediaan sebesar 1,4 juta barel di hub Cushing, Oklahoma untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI).
Nilai tukar dolar AS sentuh level tertinggi dalam 2 minggu terhadap sekeranjang mata uang, membuat minyak dan komoditas lainnya yang dijual dalam mata uang dolar AS menjadi kurang terjangkau bagi pengguna mata uang lain.
Harga minyak jenis WTI turun US$ 57 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 34,95 per barel. Pada hari Senin, WTI mencapai titik terendah tujuh tahun di level US$ 34,53 per barel.
Harga Brent, patokan minyak mentah global, turun US$ 39 sen menjadi US$ 37 per barel atau mendekati level terendah dalam 11 tahun.(Amd/Nrm)