Sukses

Jelang Akhir Pekan, Rupiah Menguat ke 13.968 per Dolar AS

Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah terus berada di kisaran 13.968 per dolar AS hingga 14.056 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Kepastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dan juga langkah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan ternyata memberikan dampak positif kepada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Jumat (18/12/2015), rupiah berada di level 13.968 per dolar AS pada pukul 01.05 WIB. posisi tersebut menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di angka 14.011 per dolar AS maupun jika dibanding dengan penutupan kemarin yang ada di level 14.008 per dolar AS.

Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah terus berada di kisaran 13.968 per dolar AS hingga 14.056 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 12,90 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot DOllar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level 14.032 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan posisi perdagangan sebelumnya yang ada di level 14.028 per dolar AS.


Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, kenaikan suku bunga The Fed sudah diantisipasi oleh pasar jauh-jauh hari sebelumnya. Oleh sebab itu rupiah bisa menguat saat ini bersama dengan mata uang di Asia lainnya.

"Selain itu, pasar juga melihat bahwa langkah BI menahan suku bunga sudah sesuai untuk menanggapi kenaikan suku bunga The Fed," jelasnya.

Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat ke level 13.000 per dolar AS. Level ini diyakini akan menjadi titik keseimbangan baru bagi nilai tukar rupiah. "Kalau balik ke level Rp 10 ribu berat. Mungkin balik ke Rp 13 ribu sangat mungkin, jadi titik keseimbangan baru," ujarnya.

Dia mengungkapkan, menguatnya rupiah hingga menjadi titik keseimbangan baru tersebut akan didorong beberapa hal, seperti digenjotnya belanja pemerintah pada tahun depan sehingga diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian.

"Sekarang ada yang positif poinnya, pemerintah mempercepat belanjanya. Government spending juga dimajukan, jadi Januari bisa langsung jalan. Saya pikir bagus. Jadi indikator positif," kata dia.

Selain itu, meski harga komoditas di pasar global tengah anjlok, namun Indonesia punya andalan baru untuk menggantikan kinerja ekspor yaitu sektor pariwisata. Pemerintah diharapkan mendorong sektor ini secara maksimal pada tahun depan. (Gdn/Ahm)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6