Liputan6.com, Jakarta PT Bank Mandiri tbk memastikan belum akan mengubah tingkat bunga meski ada keputusan dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan (Fed fund rate) sebesar 0,25 persen.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, sebagai bank nasional, Bank Mandiri akan mengikuti segala regulasi yang ditetapkan pengambil kebijakan perbankan di dalam negeri, yaitu Bank Indonesia (BI) dalam rangka menjaga stabilitas makro ekonomi.
Sejauh ini, BI masih belum terpengaruh terhadap kenaikan Fed fund rate. Buktinya, BI masih menahan suku bunga acuan pada level 7,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Kamis (17/12/2015) kemarin.
"Belum. Kalau BI stay di situ kemungkinan besar pasar akan stay juga," ujarnya di Jakarta, Jumat (18/12/2015).
Baca Juga
Rohan menjelaskan, dalam menentukan tingkat suku bunga acuan, BI memiliki berbagai pertimbangan, seperti kondisi pasar, inflasi dan kondisi makro ekonomi nasional. Oleh sebab itu, ia tetap yakin untuk menjaga tingkat bunga kredit pada level saat ini. "Kita sebagai pelaku pasar mengikuti pasar," kata dia.
Sebelumnya, Rohan menilai langkah BI yang menahan suku bunga acuan (BI rate) pada level 7,5 persen sebagai respons dari keputusan The Fed sebagai langkah yang tepat.
Rohan mengatakan jika melihat kondisi perbankan dan sektor bisnis di dalam negeri yang cenderung mulai stabil, maka keputusan BI menahan suku bunganya menjadi langkah yang tepat.
"Kami kira saat ini tepat dengan situasi ekonomi yang menggeliat kembali dari data kami pertumbuhan kredit bermasalah berkurang, sektor lain cukup menggeliat, rasanya cukup tepat. Jadi rangsangan pertumbuhan kredit akan terus terjadi," ungkapnya.
Dia menjelaskan, suku bunga acuan memang menjadi faktor penentu kondisi makro ekonomi di dalam negeri. Sebagai regulator, strategi yang dijalankan oleh BI tersebut dalam rangka mengendalikan nilai tukar rupiah dinilai sesuai harapan dari pasar.
"Suku bunga sebuah faktor makro ekonomi, ada BI yang menjaga stabilis moneter di Indonesia. Rasanya kebijakannya selama ini selalu tepat dalam arti kondisi pasar. Kita akan setuju dengan apa pun kebijakanya karena itu yang diinginkan market sebetulnya," kata dia. (Dny/Nrm)*