Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis pertumbuhan industri akan berada pada tren positif pada 2016. Sektor industri non migas diproyeksikan dapat tumbuh sekitar 5,7 persen–6,1 persen dengan didukung peningkatan investasi pada kelompok industri tertentu yang terjadi pada 2014 dan 2015.
Menteri Perindustrian Saleh Husin, mengatakan, dampak dari berbagai paket kebijakan pemerintah diperkirakan akan dapat dirasakan pada 2016 dan mendongkrak kinerja industri.
"Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri non-migas diperkirakan bisa tumbuh di atas 6 persen," ujarnya di Jakarta, Jumat (18/12/2015).
Tahun depan, lanjut Saleh, sektor manufaktur diyakini menjadi motor penggerak pertumbuhan industri non migas. Sektor industri tersebut meliputi industri kimia, farmasi, dan obat tradisional; industri barang logam, dan peralatan listrik; industri makanan dan minuman; serta industri mesin dan perlengkapan.
Selain itu, pertumbuhan yang relatif tinggi diperkirakan terjadi pada kelompok industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 8,5 persen-8,7 persen. Serta industri makanan dan minuman yang diperkirakan tumbuh sekitar 7,4 persen-7,8 persen.
"Perkiraan tersebut berdasarkan kemungkinan akan meningkatnya pertumbuhan industri kimia dasar di Indonesia seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang akan membaik," kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, pertumbuhan industri kimia dasar didorong kenaikan kebutuhan bahan kimia dari berbagai kelompok industri, seperti industri plastik yang diperkirakan naik sekitar 8 persen dan semen yang diproyeksi naik sekitar 10 persen–14 persen.
"Kenaikan kebutuhan akan membuat permintaan bahan kimia dasar seperti petrokimia akan meningkat," jelasnya.
Pertumbuhan yang juga relatif tinggi diperkirakan akan dicapai industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik yang diperkirakan dapat tumbuh sekitar 8 persen–8,2 persen.
Dari kelompok industri ini, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya diperkirakan akan mempunyai andil paling besar dalam menyumbang pertumbuhan kelompok ini.
Hal ini karena industri tersebut sejak 2011 cenderung mempunyai pertumbuhan nilai tambah yang tinggi, yang didorong tidak saja oleh permintaan ekspor tetapi juga oleh pertumbuhan investasinya yang relatif tinggi.(Dny/Nrm)