Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu upaya meningkatkan arus penanaman modal asing langsung (FDI) ke Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membangun kerjasama dengan salah satu lembaga perbankan terbesar Korea Selatan, Woori Bank.
Kerjasama tersebut dituangkan dalam sebuah Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani dan Direktur Utama dan CEO Woori Bank Kwang Goo Lee, kemarin malam (18/12/2015) di Seoul, Korea Selatan.
Penandatangan MoU antara BKPM dan Woori Bank tersebut dilaksanakan setelah Kepala BKPM menghadiri the 2nd RI – ROK Joint Comission Meeting (JCM), yang merupakan forum bilateral untuk membahas pelaksanaan beberapa kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah dilaksanakan selama ini. Acara penandatanganan MoU tersebut disaksikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno L. P. Marsudi dan Duta Besar RI untuk Republik Korea John A. Prasetyo.
Kepala BKPM, Franky Sibarani dalam keterangan resminya terkait penandatanganan MoU antara BKPM dan Woori Bank mengatakan bahwa kerjasama tersebut memiliki dua tujuan strategis.
“Tujuan pertama adalah meningkatkan penanaman modal langsung atau foreign direct investment (FDI) dari Korea Selatan ke Indonesia dan sebaliknya. Selain itu kerjasama tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemitraan antara pelaku usaha Indonesia dan pelaku usaha Korea Selatan,” ujar Franky dalam keterangan resminya kepada pers, Sabtu (19/12/2015).
Baca Juga
Kepala BKPM menyebutkan bahwa kerjasama peningkatan FDI tersebut menitikberatkan pada peningkatan investasi pada sektor infrastruktur termasuk jalan, sekolah dan rumah sakit serta sektor industri.
Selanjutnya Franky menjelaskan bahwa untuk memfasilitasi investor Indonesia yang berminat untuk membangun kegiatan bisnisnya di Korea Selatan, berdasarkan MoU tersebut Woori Bank akan menyediakan berbagai pelayanan antara lain kemudahan pembukaan rekening di Korea dan Indonesia, penyetoran dari dana investasi atau pembayaran saham, notifikasi investasi asing atau pendaftaran pendirian usaha, fasilitasi pelanggan lokal termasuk pelayanan escrow dan pelayanan terkait initial public offering (IPO).
“Untuk memperluas network dan pasar internasional dan meningkatkan kemampuan teknologi yang dapat diterapkan di dalam negeri untuk kemajuan teknologi industri di Indonesia, Pemerintah mendorong pelaku usaha Indonesia untuk mengembangkan usahanya di luar negeri,” ujar Franky.
Berdasarkan data BKPM, dari tahun 2010 sampai dengan kuartal ketiga tahun 2015, realisasi dari Korea Selatan mencapai hampir US$ 8 miliar yang terdiri dari lebih dari 4.000 proyek di sektor–sektor seperti industri logam, permesinan dan elektronik, industri karet, barang – barang yang terbuat dari karet serta industri plastik, pertambangan, industri kimia dan farmasi.
“Dalam periode tersebut investasi asal Korea Selatan telah menyerap lebih dari 770.000 tenaga kerja di Indonesia,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Woori Bank didirikan pada tahun 1899 di Korea Selatan dengan nama Daehan Cheonil Bank. Berubah nama menjadi Woori Bank pada tahun 2002, bank tersebut melakukan merger dengan Commercial Bank of Korea, Hanil Bank dan Peace Bank. Woori Bank memiliki jaringan yang tersebar di beberapa negara di benua Asia, Australia, Eropa, Amerika dan Afrika.
Sejak tahun 2014, Bank Woori Indonesia, anak perusahaan Woori Bank di Indonesia, melakukan merger dengan Bank Saudara dan berubah nama menjadi Bank Woori Saudara pada tahun 2015. Saat ini Bank Woori Saudara memiliki lebih dari 20 cabang yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. (Yas/Gdn)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6