Sukses

Mendag Harap WTO Lebih Adil bagi Negara Berkembang

WTO dinilai harus mampu merespons situasi perkembangan dunia seiring mata uang melemah.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota World Trade Organization (WTO) diharapkan dapat mengubah perilaku ataupun sikap dalam berunding dengan semangat kebersamaan demi mencapai solusi yang saling menguntungkan (win-win solution).

Hal ini perlu dilakukan mengingat besarnya perbedaan antara kelompok negara berkembang dan Least Developed Countries (LDCs) dengan negara maju baik dalam mencari hasil akhir Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Nairobi ataupun masa depan Putaran Doha yang sudah berumur 14 tahun.

"Kesepakatan sekecil apapun dan apapun namanya, ultra small package atau yang lain tentu akan berdampak positif bagi negara berkembang yang sedang mengalami perlambatan pertumbuhan pasar perlu untuk disuarakan," ujar Menteri Perdagangan Thomas Lembong di Jakarta, Senin (21/12/2015).

Dia mengatakan, para anggota WTO diharapan realistis dan fleksibel untuk menghasilkan kesepakatan yang bermanfaat di Nairobi. Jika KTM Nairobi ini tidak menghasilkan kesepakatan apapun, dikhawatirkan memberi dampak yang tidak baik dalam mendorong situasi perekonomian dunia.

"Sudah saatnya semua pihak mengubah perilaku ataupun sikap dalam berunding dengan semangat kebersamaan demi mencapai win-win solution atau paling tidak mencapai suatu kesepakatan meskipun tidak sepenuhnya seimbang," kata dia.

Thomas menyampaikan, sistem perdagangan multilateral yang terbuka dan berorientasi pada pembangunan perlu mencoba pendekatan berbeda melalui program dan kegiatan yang intinya saling berbagi pengalaman keberhasilan atau kegagalan.

Hal ini dipandang sebagai hal yang jauh lebih bijaksana agar mendorong kemajuan bagi semua anggota WTO dalam memanfaatkan sistem perdagangan multilateral yang lebih bertumpu pada semangat kolaboratif.

WTO sebagai satu-satunya institusi global yang mengatur sistem perdagangan multilateral juga harus mampu mengakomodir beragam kepentingan negara anggotanya serta bagaimana merespon berbagai bentuk tantangan global tersebut.

"Dalam situasi perekonomian global di mana beberapa kawasan sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pasar, maka sistem perdagangan multilateral diharapkan dapat berkontribusi membantu mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi dunia," jelas dia.

Selain itu, lanjut Thomas, WTO harus mampu merespons situasi perkembangan dunia saat ini yang diwarnai oleh pelemahan mata uang di beberapa kawasan, status mata uang renminbi sebagai alat likuiditas global, lahirnya TPP sebagai platfrom baru kerja sama kemitraan abad 21 dan tantangan yang akan dihadapi masa depan. (Dny/Ahm)

 

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6