Liputan6.com, Jakarta - PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) telah menandatangani perjanjian pemberian fasilitas pinjaman pertamanya untuk infrastruktur sosial. Pemberian pinjaman ini menjadi bukti komitmen PT SMI untuk menjadi katalis dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Fasilitas ini diberikan pada PT Nusantara Sebelas Medika (PT NSM) yang merupakan anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI untuk pengembangan Rumah Sakit Umum Lavalette, Malang, Jawa Timur. Pinjaman senilai Rp 70 miliar dengan tenor 8 tahun tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas Rumah Sakit Lavalette yang saat ini sudah melebihi kapasitas.
Berdasarkan surat OJK No 5-48/D.05/2015 tentang Permohonan Persetujuan Izin Penambahan Obyek Pembiayaan Infrastruktur pada PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI), Perseroan memperoleh izin untuk membiayai pembangunan infrastruktur sosial yang salah satunya adalah fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit.
"Rumah sakit Lavalette merupakan salah satu Rumah Sakit tertua dan terlengkap di Malang, yang berdiri pada tahun 1918 dengan nama Lavalette Kliniek," jelasnya dalam keterangan pers, Senin (21/12/2015).
Baca Juga
Saat ini RS Lavalette melayani sekitar 22.840 pasien per tahunnya. Angka yang sudah hampir menyentuh batas akhir kapasitas rumah sakit tersebut, dianggap belum mengakomodir kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat Malang. Oleh sebab itu, PT NSM sebagai pengelola merasa perlu meningkatkan kapasitas dan kualitas yang lebih baik lagi untuk pelayanan RS Lavalette.
Pinjaman tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung perawatan lima lantai, dan pengembangan fasilitas medis maupun non-medis. Salah satu fasilitas yang akan dikembangkan adalah fasilitas radiotheraphy, yang juga digunakan dalam perawatan kanker. Peningkatan fasilitas rumah sakit ini, diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih maksimal kepada masyarakat setempat.
Sebelumnya, PT SMI juga telah mengucurkan kredit pinjaman sebesar Rp 1,7 triliun kepada PT Hutama Karya (Persero) untuk membangun dua ruas jalan tol Trans Sumatera, yakni rute Medan-Binjai dan Palembang Indralaya. Pembangunan dua proyek tersebut tidak diminati perbankan umum.
Direktur Utama SMI, Emma Sri Martini mengungkapkan, tujuan pendirian perusahaan adalah bukan untuk bersaing dengan perbankan umum, melainkan bersinergi dan menutup kekosongan pembiayaan yang tidak dapat dijangkau perbankan umum.
"Kami sudah membiayai dua ruas tol Trans Sumatera karena belum ada bank yang berani masuk membiayai jalan bebas hambatan itu. Sebab proyek ini sifatnya green field project, risiko terlalu besar dan trafik harian masih jauh dari minimum," kata Emma.
Ia mencontohkan, trafik kendaraan harian yang akan melewati jalan tol Medan-Binjai masih jauh dari target Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) sekitar 17 ribu-18 ribu kendaraan per hari. Sedangkan untuk dianggap proyek menguntungkan, LHR harus 20 ribu kendaraan per hari.
"Jadi dari tingkat pengembalian (Internal Rate of Return) tidak akan masuk itungan lander swasta karena terlalu banyak risiko jika dilepas ke pihak swasta," ujarnya.
Emma mengaku, perseroan telah memberikan komitmen pinjaman senilai Rp 481 miliar untuk Hutama Karya membangun jalan tol Medan-Binjai, Sumatera Utara sepanjang 16 Kilometer (Km) dengan total nilai proyek Rp 1,6 triliun. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Kementerian Keuangan ini menawarkan kredit dengan tenor 25 tahun dan grace period 15 tahun. (Fik/Gdn)