Liputan6.com, Jakarta - PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) berencana menaikan tarif kereta rel listrik (KRL) pada tahun depan.
Kenaikan ini guna mengantisipasi tidak cukupnya subsidi yang diberikan melalui fasilitas Public Service Obligation/PSO) dari pemerintah pada 2016.
Direktur Utama PT KCJ M Nurul Fadhil mengatakan, opsi untuk menaikan tarif KRL dari Rp 2.000 menjadi Rp 3.000 untuk 0-25 kilometer (km) pertama serta penyesuaian tarif untuk setiap 10 km berikutnya.
Dia menjelaskan, pada tahun depan, KRL Jabodetabek mendapatkan dana PSO sebesar Rp 1,1 triliun. Namun opsi untuk menaikan tarif ini bisa saja dibatalkan jika pemerintah menambah dana PSO.
"Kalau pemerintah tambah PSO-nya, bisa tidak ada penyesuaian (kenaikan)," ujarnya di Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Baca Juga
Selain itu, Fadhil juga memastikan akan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi penumpang KRL Jabodetabek pada tahun depan. Beberapa perbaikan dan penambahan fasilitas terutama di stasiun akan dilakukan anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) tersebut.
Advertisement
"Peningkatan pelayanan bukan sekedar perbaikan toilet, semua kursi roda ada di setiap stasiun. Kemudian perpanjangan peron dan peluncuran vending machine," kata dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko meminta pengguna KRL Jabodetabek untuk tidak khawatir karena kenaikan tersebut akan dilakukan pada 1 Oktober pada 2016, bukan pada awal tahun.
Dirinya menganggap tarif KRL yang berlaku saat ini sudah murah sehingga wajar jika dilakukan penyesuaian. Namun dia juga akan memastikan agar penyesuaian tersebut juga dibarengi dengan peningkatan layanan.
"KRL ini kan sudah terlalu murah, makanya ada kenaikan mulai 1 Oktober 2016. Tapi pelayanan harus ditingkatkan. Oleh karena itu, kakmi beri waktu sampai Oktober," tandasnya.(Dny/Nrm)