Sukses

Sukses Berbisnis Abon Tuna Usai Jadi Korban Gempa

Hidayat mengatakan, sebelum terjun menjadi pengusaha makanan dari olahan ikan, dirinya mempunyai sebuah bengkel.

Liputan6.com, Jakarta - Pengalaman pahit saat menjadi korban bencana alam rupanya tidak membuat pria bernama Hidayat putus asa dan kembali menjalani kehidupan demi keluarganya.

Kini pria kelahiran Padang, Sumatera Barat itu pun telah mempunyai usaha pengolahan hasil perikanan berupa abon tuna dan rendang tuna dengan merek Tunaise.

Hidayat mengatakan, sebelum terjun menjadi pengusaha makanan dari olahan ikan, dirinya mempunyai sebuah bengkel.

Namun karena bencana gempa bumi yang melanda Sumatera Barat pada 2009 lalu, usaha bengkelnya pun hancur tak tersisa.

Beruntung dia memiliki orang-orang yang selalu mendukungnya untuk kembali bangkit dari keterpurukan dan memulai usaha baru, yaitu pengolahan ikan tuna.

"Saya dulu usahanya bengkel di Sumatera Barat. Tetapi ada 2009 terjadi gempa, usaha kita hancur, piutang-piutang kita tidak bisa ditagih, ekonomi hancur. Dalam kebingungan itu kita coba cari usaha yang cocok, kemudian dapat lah pengolahana ikan. Setelah lakukan trial and error kita temukan abon tuna," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Sabtu (26/12/2015).

Dia menjelaskan, sebenarnya bahan baku tuna tidak terlalu banyak di Sumatera Barat, khususnya di Kota Padang. Namun lantaran ini membuat produk yang berbeda dengan yang lain, maka Hidayat memanfaatkan tuna sebagai produk olahan untuk dijadikan abon dan rendang.

Selain itu, tuna juga dinilai punya kandungan gizi dan nilai jual lebih mahal jika dibandingkan dengan jenis ikan lain.

Pada awal Hidayat mencoba mengolah tuna, bukan perkara yang mudah karena pria kelahiran 24 September 1972 ini tidak memiliki keahlian memasak dan mengolah ikan sama sekali.

Namun berkat kegigihannya untuk banyak bertanya, membaca buku hingga mencari referensi referensi dari internet dia pun berhasil.

"Saya sebenarnya tidak ada dasar memasak, tapi saya banyak bertanya, belajar dengan orang yang lebih tua, browsing-browsing di internet, saya coba-coba, itu juga cukup lama baru bisa dapat produk yang rasanya bisa diterima. Kita utamakan produk yang berkualitas, kita utamakan abon yang lebih kering, karena produk kita mengarah ke masyarakat menegah ke atas," jelasnya.

2 dari 2 halaman

Raih Penghargaan



Dulu dengan modal Rp 1 juta, Hidayat kini punya omset hingga puluhan juta rupiah. Produk obon tuna dan rendang tuna miliknya pun kini sudah bisa ditemui di toko oleh-oleh dan minimarket di Kota Padang.

Selain dipasarkan di dalam kota, produknya pun telah dijual di kota-kota lain seperti Jakarta, Surabaya dan Bali. Ke depannya, Hidayat bahkan ingin agar produk-produk olahan tunanya tersebut dipasarkan ke luar negeri.

"Untuk harga satu kotak abon ukuran 200 gram dijual Rp 75 ribu. Kalau rendangnya ukuran 250 gram Rp 75 ribu. Harapan ke depan kita bisa kembangkan pemasarannya ke luar negeri, minimal bisa di daerah Asia dulu," kata dia.

Berkat jerih payah dan kerja kerasnya mengolah hasil perikanan, Hidayat pun mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari 2015 dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu juara II kategori UKM Pengolahan Hasil Perikanan Terbaik Skala Kecil.

"Saya berterima kasih kepada pemerintah dan Dinas Kelautan dan Perikanan yang telah mempercayai dan memperhatikan kami sebagai UKM. Penghargaan ini memberikan kita motivasi. Ke depan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa tetap memberikan support kepada usaha seperti ini agar tetap eksis," tandas dia. (Dny/Nrm)