Sukses

Libur Panjang, Mal di Jakarta Diserbu Pengunjung

Jumlah pengunjung ke mal naiknya mencapai 30 persen saat musim liburan Natal.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyatakan perlambatan ekonomi tak berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah pengunjung di pusat-pusat perbelanjaan menengah ke bawah.

Ketua APPBI DPD DKI Jakarta, Ellen Hidayat mengungkapkan, banjir pengunjung tampak di mal-mal kalangan menengah ke bawah. Apalagi pengelola mal yang mampu menyuguhkan beragam acara seperti pertunjukkan musik, mengundang artis, kegiatan bagi anak-anak, dan sebagainya.

"Trafik kunjungan naiknya mencapai 30 persen saat musim liburan Natal dan Tahun Baru ini dibandingkan hari-hari biasa. Sangat signifikan, sehingga penjualan tenant ikut meningkat," jelas Ellen saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (27/12/2015).

Jumlah pengunjul pusat perbelanjaan menengah ke bawah membludak, diakui Ellen, juga didukung pesta diskon yang ramai digelar para tenant, mulai dari midnite sale, year end sale dan macam diskon lainnya yang akan membuat pengunjung betah berada di pusat perbelanjaan tersebut.


"Kalau tenant tidak menawarkan diskon, bakal ketinggalan. Mereka kan juga perlu mengeluarkan stok produk yang lama-lama," terangnya.

Pemandangan ramainya pengunjung tidak dirasakan Ellen ketika berada di pusat perbelanjaan kalangan menengah ke atas yang berlokasi di kawasan perkantoran. Ia mengaku sempat melakukan survei ke sebuah mal elit di pusat bisnis di bilangan Sudirman, Jakarta Selatan.

"Pas saya masuk ke mal itu kok sepi ya. Sepinya tuh ekstrem sekali. Pas saya tanya tenant di sana, katanya pengunjung yang tinggal di Jakarta banyak yang liburan ke luar negeri," ucap Ellen.

Kalangan menengah ke atas ini, sambungnya, pasti sudah merencanakan liburan akhir tahun di jauh-jauh hari. Apalagi dengan kemampuan finansial mereka untuk meninggalkan ibukota dan memilih liburan panjang bersama keluarga ke luar kota, bahkan luar negeri.

"Riteler pakaian kelas menengah mengaku penjualannya tumbuh 10 persen. Sementara yang kelas atas dengan harga t-shirt Rp 2 juta per buah bisa dibilang sepi karena pengunjungnya sudah hilang semua alias liburan ke luar negeri," tandas Ellen. (Fik/Ndw)

Video Terkini