Sukses

Merger dan Akuisisi Pecahkan Rekor Terbesar di Asia

Total aksi merger dan akuisisi mencapai lebih dari US$ 1 triliun pada 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Para negosiator atau pembuat kesepatan di seluruh Asia Pasifik telah bekerja keras pada 2015. Mereka mampu untuk mengakumulasi lebih dari US$ 1 triliun dari merger dan akuisisi, 37 persen lebih besar ketimbang 2014.

Dilansir dari laman CNBC, Rabu (30/12/2015), hal tersebut diambil dari rekor 24 persen pangsa pengumuman penawaran global.

Volume merger dan akuisisi di Asia-Pasifik juga mencapai rekor tertinggi dengan US$ 947,9 miliar, dihitung dari 81 persen dari keseluruhan nilai yang mencapai US$ 1,16 triliun.

Intra-Asia deals, atau penawaran di mana pengakuisisi Asia menargetkan aset Asia, juga mampu melonjakkan nilainya sekitar 34 persen dengan total US$ 72,3 miliar pada 2015.

Separuh dari total nilai transaksi merger dan akuisisi di kawasan Asia Pasifik disumbang oleh korporasi asal negeri tembok raksasa yaitu China.

Aksi merger dan akuisisi yang melibatkan perusahaan di wilayah Asia Pasifik tahun ini melonjak 55 persen menjadi US$ 1,2 triliun. Itu berarti, perusahaan China menyumbang US$ 600 miliar.

Perusahaan-perusahaan China mengincar beberapa aset utama dunia seperti Pirelli & C. SpA dari Italia.

"Kami melihat perusahaan China mengejar merek, keahlian, dan intelektual properti untuk bergerak ke mata  rantai atas," ujar Brian Gu, Co-Head of Mergers and Acquisitions Asia Pasific JP Morgan Chase & Co.

Morgan Stanley adalah penerima manfaat terbesar dari booming merger dan akuisisi, dengan melahap pangsa pasar sebesar 17,6 persen dari seluruh transaksi di Asia Pasifik. Menyusul kemudian Goldman Sachs Group Inc. dengan pangsa pasar sebanyak 14,4 persen.

Adapun transaksi China yang memecahkan rekor, pertama kelompok investor yang dipimpin oleh Zhou Hongyi yang menawar Qihoo 360 Technology Co. senilai US$ 8,4 miliar.

Kedua, China National Chemical Corp. membeli Pirelli dengan harga US$ 8 miliar. Perusahaan ini juga dalam tahap negosiasi untuk mengambil alih perusahaan pembuat benih asal Swiss, Syngenta AG.

Ketiga, Tsinghua Unigroup Ltd memborong 15 persen saham Western Digital Corp dengan nilai US$ 3,8 miliar.

Akan tetapi, tidak semua kesepakatan perusahaan China berjalan mulus. Setidaknya ada lima transaksi yang menemui ganjalan. Ambil contoh, niatan Tsinghua Unigroup meminang Micron Technology Inc. senilai US$ 23 miliar. Namun, proposal Tsinghua Unigroup ditanggapi dingin oleh manajemen Micron Technology.

Lalu, kesepakatan bernilai US$ 2,8 miliar antara Royal Philips dan Go Scale Capital juga belum tuntas, lantaran terbentur peraturan AS. Di akhir Maret 2015, Royal Philips menyatakan, sebanyak 80,1 persen saham di unit komponen LED dan pencahayaan otomotif mereka diakuisisi GO Scale, perusahaan manajer investasi yang disponsori GSR Ventures dan Oak Investment Partners. (Vna/Ahm)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Terkini