Sukses

Hadapi MEA, Pengusaha Rotan Genjot Produksi

Pengusaha rotan mengaku siap menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku awal 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pengusaha yang bergerak di bidang meubel kerajinan rotan di Palu, Sulawesi Tengah, mengaku siap menghadapi pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku awal 2016. Kesiapan tersebut dibuktikan dengan memperbanyak produksi berbagai jenis kerajinan rotan.

"Sekarang kami masih dalam produksi. Semua jenis kerajinan rotan, mulai dari kursi, meja, dan lain sebagainya itu kami produksi. Ini semua tidak lain untuk persiapan di MEA nanti," kata salah satu pengusaha, Muhtar di Palu, Selasa (29/12/2015).
 
Selain memperbanyak produksi, produsen rotan juga menambah beberapa tenaga kerja yang didatangkan langsung dari Pulau Jawa. Itu pula guna menyelesaikan lebih awal produksi sebelum MEA berlangsung.
 
"Karena banyak yang harus diproduksi dan pesanan juga kebetulan meningkat, kita tambah tenaga kerja dua orang yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat," jelas Muhtar.
 
Senada dengan Muhtar, pengusaha lainnya, Abdullah, juga mengakui kalau mebel kerajinan rotan miliknya memperbanyak produksi jelang MEA. Namun dia mengaku lebih fokus ke beberapa kerajinan berbahan baku rotan saja.
 
"Kalau kami hanya fokus pada kerajinan rotan jenis kursi dan meja. Untuk jenis kerajinan lain ada juga diproduksi, hanya saja jumlahnya tidak banyak. Kami sengaja memperbanyak produksi kursi dan meja karena cukup lumayan peminatnya," ungkapnya.
 
Kendati demikian juga memperbanyak produksi, Abdullah tidak sampai menambah tenaga kerja. "Untuk penambahan tenaga kerja kami belum ke arah sana, karena pekerja kita masih banyak. Untuk memperbanyak produksi ini, saya anggap cukup dengan enam tenaga kerja saja," imbuhnya.
 
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdaganggan Sulteng Abubakar Almahdali sangat mengapresiasi kesiapan sejumlah pengusaha rotan jelang pemberlakuan MEA 2016.
 
Namun, dia berharap kesiapan tersebut ditunjang dengan hasil produksi yang berkualitas dan harga yang normal.
 
"Tentunya berkualitas yang kita maksud adalah dapat memenuhi selera pasar. Sehingga, bisa bersaing dengan produk daerah lain di Indonesia, bahkan bisa bersaing dengan produk negara lain yang masuk ke Indonesia," katanya saat dimintai keterangan terpisah.
 
Menurut Abubakar, ketika MEA mulai diberlakukan mau tidak mau atau suka tidak suka pengusaha harus menerima. Pasalnya, jika MEA sudah berjalan, seluruh produk dari negara ASEAN masuk dan bebas dipasarkan di Indonesia.
 
"Nah, kalau sudah begitu pasti produk kita termasuk produk seperti kerajinan rotan ini akan bersaing dengan produk negara lainnya. Bagaimana caranya supaya produk kita diminati, ya harus berkualitas dengan harga yang normal. Jangan nanti produk sudah tidak berkualitas dijual mahal, itu yang tidak kita inginkan," tandasnya.
 
Sekadar diketahui, menghadapi MEA pemerintah di Sulteng terus mendorong para pelaku usaha di 12 kabupaten dan satu kota di provinsi itu untuk meningkatkan produksi dan dibarengi dengan meningkat mutu produk.
 
Bahkan, pemerintah juga sampai melakukan pendampingan dan pembinaan secara khusus agar produk yang dihasilkan bisa berdaya saing dan diminati oleh pasar. (Dio Pratama/Ndw)*