Liputan6.com, Jakarta - Industri e-commerce tampaknya menjadi salah satu industri yang tumbuh paling baik sepanjang tahun ini meski kondisi ekonomi di Indonesia belum sepenuhnya pulih akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
Managing Director Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, hal tersebut dapat dilihat dari transaksi pemesanan tiket pesawat, kereta api dan hotel di website ini yang secara total meningkat lebih dari 100 persen jika dibandingkan tahun lalu.
"Pada 2014 hampir 2 juta transaksi total, dari hotel dan transportasi. Tahun ini belum bisa disebutkan. Tapi perkiraan kita tumbuh lebih dari 100 pesen, artinya lebih dari 2 kali lipat," ujarnya di Jakarta, Selasa (29/12/2015).
Dia menjelaskan, pertumbuhan transaksi paling tinggi yaitu pada pemesanan hotel yang meningkat 4 kali lipat. Hal ini diperkirakan karena lantaran banyak hotel yang menawarkan tarif yang murah sehingga banyak masyarakat yang melakukan pemesanan via website.
Baca Juga
"Harga hotel di Indonesia murah banget. Dan tahun depan kita akan fokus ke hotel. Kalau pesawat yang paling besar itu LCC (low cost carrier). Karena inventory di Indonesia paling besar LCC seperti AirAsia, Citilink paling besar pertumbuhan. Garuda Indonesia juga bagus. Di tempat kita Garuda yang tadinya tidak ada apa-apanya sekarang masuk top 3, Batik Air juga pertumbuhannya tinggi," jelas dia.
Sementara untuk pemesanan tiket kereta api, meski besar namun tingginya pemesanan tinggi hanya berlangsung pada periode tertentu saja seperti jelang hari raya keagamaan. Selain itu, peningkatan kapasitas penumpang yang terhitung kecil setiap tahun dinilai menjadi penghambat pertumbuhan transaksi pemesanan tiket kereta api.
"Kereta api kebanyakan fokus di Lebaran, 30 persen dari transaksi per tahun itu di Lebaran. Tetapi yang jadi masalah, pertambahan kapasitas tidak signifikan. Jadi pertumbuhan transaksi untuk kereta api tidak akan bisa ngejar pesawat," kata dia.
Sementara untuk tahun depan, Gaery optimis pertumbuhan transaksi pemesanan hotel, pesawat dan kereta api akan lebih besar dari tahun ini. Hal tersebut didorong kondisi ekonomi di dalam negeri yang diperkirakan akan lebih baik dibandingan tahun ini.
"Tahun depan kelihatannya akan lebih dari sekarang karena faktor makro sudah beres, APBN sudah beres, The Fed juga sudah dapat dipastikan. Ya meski dolar tetap tinggi tapi mulai stabil. Kalau kondisi makro baik, kita juga akan tumbuh baik," tandasnya.(Dny/Nrm)