Sukses

Ini Strategi BTN Genjot Penyaluran KPR

sejak September 2015, porsi pembiayaan perumahan di BTN mencapai 89,61 persen

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, pada 2016 masih akan menggenjot pembiayaan kredit di sektor perumahan demi menanggulangi fenomena kurang pasok (backlog) penyediaan rumah yang mencapai 13,5 juta unit.

Agar lebih maksimal di 2016, Direktur Utama BTN Maryono mengaku, pihaknya akan melakukan kerjasama dengan sejumlah kementerian, pemerintah daerah, bank daerah dan lembaga terkait lainnya dalam menyalurkan kredit perumahan.

"Misalnya saja dengan pemda, BPR, universitas, asoasiasi, dan lain-lain. Kita akan gerakan masing-masing developer agar bisa lebih tepat lagi‎," kata Maryono saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (29/12/2015).

Maryono mengungkapkan, sejak September 2015, porsi pembiayaan perumahan di BTN mencapai 89,61 persen. Angka itu setara dengan Rp 117,91 triliun dari total kredit yang disalurkan perseroan selama kuartal III 2015 yang mencapai Rp 131,58 triliun. Sementara sisanya yakni sebesar 10,39 persen atau setara dengan Rp 13,67 triliun merupakan kredit yang disalurkan BTN untuk pembiayaan kredit non perumahan.

Dia merinci, dari total kredit yang disalurkan ke sektor perumahan sebesar Rp 117,91 triliun tersebut, sebesar 30,46 persen atau setara dengan Rp 40,08 triliun merupakan penyaluran untuk kredit rumah bersubsidi. Sedangkan sebesar Rp 51,53 triliun atau setara dengan 39,16 persen, merupakan kredit yang disalurkan untuk rumah non subsidi.

Maryono mengatakan, penyaluran kredit perumahan BTN ditopang oleh program sejuta rumah pemerintah. Program tersebut telah memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan. Sampai dengan akhir tahun, diperkirakan akan terealisasi sekitar 441.428 unit rumah. Per September 2015, BTN telah merealisasikan 372.393 unit rumah.

Selain‎ itu, Maryono mengungkapkan, perseroan akan fokus pada peningkatan pada dana murah yakni di tabungan, salah satunya dengan masuknya pendanaan korporasi berbiaya rendah. Sehingga, dengan begitu pembiayaan akan semakin besar.

"Karenakan banyak lembaga BUMN atau dana pensiun yang dana APBN-nya besar atau kerjasama dengan lembaga luar neegri seperti Asian Development Bank (ADB)," tukasnya. (Yas/Zul)